Pernahkan kamu merasa begitu sepi… sendirian…tak seorangpun yang mengerti perasaanmu? Maukan kamu memiliki sahabat yang selalu mendampingi, setia, dan siap menolongmu?

Kamu bisa berjumpa dengan seorang Sahabat seperti itu… saat ini juga!! Ya, sekarang!! Saat kamu membaca buku ini…. Sahabat itu bernama….YESUS. Dia telah menulis “surat cinta” bagimu. Surat itu berisi segala sesuatu tentang Dia…dan segala usahaNya untuk menjadi sahabatmu. Bahkan. bagian yang paling pribadi dari surat itu, sekarang ada di tanganmu.



Dia ingin selalu bersamamu, tetapi Dia tidak bisa tinggal di tempat dimana ada dosa. Tiap kali kita berdusta….melakukan perbuatan yang salah….dan berpikiran jahat….kita semakin hanyut menjauhiNya. Ingat…ingat… Yesus tidak bisa tinggal dimana ada dosa.

Tapi… Yesus mengasihi semua manusia di dunia sebagaimana adanya. Dan, kasihNya tetap sama sampai hari ini!! Bahkan. sekalipun manusia bergelimang dosa!!!

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan PuteraNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16)

Dalam suratNya, Dia berbicara tentang kasih. Seseorang dikatakan memiliki kasih yang besar bila ia rela mati bagi yang dikasihinya.. “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang sahabat yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:13)

Itulah yang Yesus lakukan bagi kita. Mengapa Dia rela mati? Karena Dia mau menunjukkan betapa besar keinginanNya untuk menjadi sahabat kita. Yesus memutuskan untuk menanggung hukuman dosa kita…dosamu….dan dosaku….

Dosa harus dihukum, dan Yesus telah menanggungnya. Sehingga, kita yang berdosa dapat diampuni tanpa harus membayar harga yang dituntut, yaitu kematian. Allah akan memperlakukan kita sebagai seorang yang tidak berdosa, dan Yesus akan menjadi Sahabat kita selamanya.

Namun, Yesus tidak saja mati untuk kita, tetapi juga bangkit untuk agar kita beroleh hidup di dalam Dia untuk selama-lamanya. Dalam suratNya, Dia berkata, “Di rumah BapaKu ada banyak tempat tinggal… Aku akan pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu… Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat dimana Aku berada, kamupun berada…” (Yohanes 14:2,3) Itulah yang dimaksudkanNya dengan hidup yang kekal.

“Barangsiapa percaya kepada Yesus, ia beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Bagaimana Dia dapat menjadi sahabatmu agar kamu beroleh hidup yang kekal? Caranya mudah!! Sebab, dalam suratNya, Dia memberitahukan langkah-langkah ini:

Pertama, sadarilah bahwa kamu adalah orang yang berdosa yang akan dihukum secara kekal, dan tidak sanggup menolong dirimu sendiri.
Kedua, percayalah bahwa Yesus telah mati, mati untuk menanggung hukuman dosa-dosamu.
Ketiga, akuilah dosa-dosamu dan mohon pengampunan dari Dia, serta bertekadlah untuk tidak kembali kepada kehidupan yang berdosa.
Keempat, undanglah Yesus menjadi sahabatmu untuk memimpin kehidupanmu.

Jadi, lakukanlah langkah-langkah ini sekaran!!! Saat ini juga, dan terimalah hidup kekal itu…Amin

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Wednesday, September 22, 2010 0 komentar

“Siapa yang akan kunikahi?” “Karir apa yang harus kupilih?” “Dimana kami akan tinggal?” “Apa yang terjadi bila aku mati?” “Besok, besok saja kita selesaikan…” “Memang kita menguasai hari esok, masa depan??” Apa jadinya besok, tidak kita ketahui bung!!” Pokoknya santai dulu aahhh…., urusan besok ya besok….” . Inilah gaya hidup manusia dewasa ini.

Media massa menyuarakan pendapat para ahli ilmu pengetahuan. Bumi kita sakit. Lapisan ozon sudah robek besar. Penggundulan dan kebarakan hutan, erosi dan polusi mengancam tata hidup makhluk hidup. Dan manusia tenang-tenang saja menghancurkan ekosistem kita.

Contoh lain, para dokter sudah ramai membicarakan bahaya merokok, namun para perokok masih enak menghisap rokok mereka. Mengapa??

Karena manusia menginginkan kenikmatan dan kepuasan sesaat. Mereka tidak mau berpikir tentang hari esok dan semua akibatnya. Sebenarnya, mengintip masa depan merupakan kegemaran banyak orang. Ramalan bintang dalam majalah sering dilahap dengan penuh semangat. Tetapi cara terbaik untuk mempersiapkan diri demi masa depan adalah sebagai berikut:

Hiduplah sedemikian rupa hari ini, agar besok saudara tak akan menyesal. Bukan saja dalam hal-hal yang hebat, perkara-perkara yang penting, dan besar-besar. Saudara juga harus mengatur soal-soal kecil dan sederhana pula. Karena sangat penting masalah kecil hari ini menentukan suatu yang besar di masa depan.

Tentu saja ada hal-hal yang tidak bisa kita kuasai. Sekalipun demikian, kalau kita memfokuskan perhatian pada hal-hal yang bisa kita kuasai, misalnya sikap kita, teman-teman yang kita pilih, kesediaan belajar atau bekerja sesuai dengan potensi dan kemampuan kita, maka kita dapat lebih pasti menapaki masa depan.

Mungkin satu hal yang tidak bisa kita atur oleh manusia adalah kematian. Namun, dengan mempercayakan diri kepada Tuhan, kita bisa merasa pasti bahwa Tuhan memegang masa depan kita. Semua ada dalam pengetahuanNya. Tuhan menguasai segalanya. Kalau kita mengikut Yesus dan ajaranNya, kita dapat berpegang pada janjiNya yang pasti dan benar, “ Aku akan menyertaimu sampai kepada akhir zaman…”

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Tuesday, September 21, 2010 0 komentar

Seorang pujangga mengibaratkan hidup manusia bagaikan jam yang berdentang. Sekali per-nya diputar, suatu saat akan berhenti berdetik. Mungkin di tengah malam, rembang petang, sore, siang, atau bahkan pagi hari. Umumnya manusia tidak tahu kapan waktunya, namun satu hal sangatlah pasti: setiap orang mengalaminya.

Orang muda biasanya kurang peduli akan kematiaannya…. “Saya sih masih punya waktu lama….itu pasti akan kena orang lain dulu… Rasanya aku masih jauh sih…” Sesekali memang terpikir…. saat mendengar kematian kenalannya yang berusia masih muda… atau bayi yang baru dilahirkan. Memang, kita tak perlu terlampau takut atau kuatir. Namun, sangatlah indah untuk memaklumi apa yang ada dibalik tirai misteri itu.


Kematian jasmani berarti berhentinya fungsi jantung, kerja otak, serta semua alat tubuh stop bergerak. Lalu, apa gerangan yang terjadi sesudah kematian??..... banyak orang sering mereka-reka.

Bagaimana nasib kita sesudah kematian sangat tergantung pada bagaimana kita menjalani hidup kita di dunia ini bersama Tuhan. Yesus pernah berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup. Siapa yang percaya kepadaKu, walaupun ia mati…pasti akan dihidupkan!!!”. Kitab Suci menegaskan bahwa Yesus berkuasa menghancurkan segala kuasa dosa dan kematian akibat dosa manusia. Pernyataannya tegas sekali, “Yang menerima Yesus, akan memperoleh hidup!!!”. Bila maut menjemput kita, bukan saja kita akan beroleh hidup, namun juga beroleh tubuh yang baru di dalam kemuliaan.

Kadang-kadang ada saja yang mencoba untuk berhubungan dengan arwah-arwah. Ini perbuatan yang salah dan dapat mencelakakan. Sebab, yang disebut “arwah”, sebenarnya adalah kuasa setan yang menampilkan diri dalam rupa arwah dari orang yang kita kenal. Bila kita biarkan hubungan-hubungan semacam ini berkelanjutan, setan akan senang, karena ia berhasil semakin memikat kita dan menjauhkan kita dari Tuhan. Lantas… ketika waktunya tiba setan akan menguasai seluruh keberadaan manusia itu.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Sunday, September 19, 2010 0 komentar

“Siapa bilang dunia ini adil??” Berbuat baik….diperlakukan baik…Menabur kebenaran….menuai kejahatan…Jadi, bagaimana?? Biasanya cetusan-cetusan tersebut diungkapkan dengan wajah muram sambil menggeleng-gelengkan kepada. Memang…. Lingkungan kita tidak adil…. Dalam semua aspek kehidupan. Jadi, bagaimana?

Menghadapi keadaan ini, ada beberapa tanggapan yang dapat kita pilih untuk dilakukan.
1.Marah…. Protes… berontak…. dan berunjuk rasa
2.Pasrah…. menyerah…. dan menjadi korban dari ketidakadilan
3.Cuek…. acuh…. dan berkata: “Bodo amat…emangnya gue pikirin?”
4.Berdiam diri….merenung…dan bertanya dalam hati, “Bagaimana ya rasanya bersikap dan bertindak dengan benar dalam situasi seperti ini”

Kira-kira 2000 tahun yang lalu, ada seorang pemuda yang sering diperlakukan tidak adil. Ironisnya, Ia seorang pejuang keadilan dan kebenaran. Namun, Ia memperjuangkannya bukan dengan kekerasan, tetapi dengan kasih. Ia mengajarkan prinsip hidup yang sungguh mengagumkan. KataNya, “Kasihilah mereka yang berlaku tidak adil kepadamu dan …. doakan mereka!” KataNya lagi, “Kalau engkau hanya berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu, apa keistimewaannya??” Kalau engkau hanya sayang kepada orang yang menyayangimu, apa luar biasanya? ….Tidak!! Tapi, saat orang berlaku tidak adil padamu, engkau harus tetap berbuat baik dan mengasihinya.” Bahkan….ketika ia dijatuhi hukuman mati secara tidak adil, Ia tetap mempraktekkan prinsip kasih tersebut. Dalam keadaan sekaratpun, Ia berseru, “Ya Allah, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Orang muda itu adalah Yesus.

Memang dalam dunia ini kita tidak akan memperoleh keadilan yang sempurna. Namun, kita harus tetap memperjuangkannya. Karena sekecil apapun hasilnya, tetap bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Dan…. keadilan itu harus diperjuangkan dengan prinsip kasih. Karena jika tidak, justru dapat merusak kesejahteraan manusia. Kalau demikian, kapan kita akan memperoleh keadilan yang sempurna?? Yesus berjanji, bahwa keadilan yang sempurna akan kita nikmati bersama dengan Dia dalam kehidupan Kekal yang akan datang.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR 0 komentar

Anggo batta Simalungun, tutur do patugahkaon pardohor atap pardaoh ni partalianni pardiha-dihaon (kekeluargaan). Napatugah ma ijon sonaha ragam ni partuturan ni:
A.Tutur Manorus (Tutur Langsung)
Ase urah arusanta patibalhon tutur ai, dirinta (personta) sandiri ma nabahen parbikkatni padalan tutur:

1.Ompung = Orang tua ni bapa atap inang diri, sanina ni bapa ni bapa/inang diri. Sapanganonkon ni oppung atappe paribanni oppung diri.
2.Bapa/Amang = Simada niombah bandiri (bapa kandung), adong do homa na manggoran Apa.
3.Inang = Simada niombah bandiri (ibu kandung).
4.Abang = Sikahanan partubuh ni hanbendiri.
5.Anggi = Sianggian partubuh ni hanbendiri.
6.Botou = Sanina diri tapi naboru ia.
7.Amboru = Botou ni bapa diri atappe botou sanina ni bapa diri atap botou paribanni bapa diri atap botou ni makkela diri. Anggo naboru diri, maramboru do diri bani inang ni halahoan diri atap amboru ni halahoan diri atap simatua ni na margaweihon diri.

8.Makkela = Bapa halahoan ni amboru diri atap sanina paribanni bapa, simatua ni botou banua diri atap suami ni amboru diri.
9.Tulang = Botou ni inang diri, orang tua/bapani binuat diri.
10.Anturang = Binuatni tulang, binuatni sanina ni tulang na sahaturunan sidea, inangni besan.
11.Parumaen = Binuatni anak diri, binuatni anakni sanina diri, marparumaen do homa amboru diri bani binuat diri age makkela diri. Marparumaen do homa diri bani boru ni botoni binuat diri.
12.Nasibesan = Binuatni botouni binuatni botouni saninani diri. Anggo naboru diri marbesan do bani na mambuat botouni binuatni halahoan diri.
13.Hela = Halahoanni boru diri barang boruni sanina atap pariban diri.
14.Gawei/Eda = Tururni naboru hubani binuatni botouni atap botou banua halahoan diri atap binuatni botou banua diri.

15.Lawei = Na mambuat botuo diri, na mambuat botou bani diri; atap halahoanni boruni amboruni binuat diri.
16.Botou banua = Boruni amboru diri. Anggo naboru diri marbotou banua ma diri bani anak ni tulang diri.
17.Pahompu = Niombah ni anak attape boru diri, atap anakni botou banua diri, atap anakni pariban diri.
18.Nono = Pahompu ni anak diri, adong do homa ipiga-piga daerah I Simalungun na manobut pahoppuni boru diri.
19.Nini = Pahompuni boru diri, adong do homa ipiga-piga daerah I Simalungun na manobut pahompunni boru diri.
20.Sima-sima = Niombahni nono atappe nini diri.
21.Siminik = Garis keturunan mando ijon janah biasani menyangkut hubani nilai religius.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Thursday, September 16, 2010 0 komentar

Tidak banyak orang yang mampu memutuskan secara benar menghadapi masa depannya. Bahkan semua orang pernah menghadapi kesalahan dan kegagalan dalam memutuskan sesuatu. Tidak ada yang salah dalam hal itu. Kita bukanlah mahluk yang sempurna. Tetapi bagaimana pun, setiap orang bisa dan mampu untuk menghadapi hidupnya sendiri.

Mampu menghadapi kenyataan yang telah dan sedang terjadi. Dan tidak melarikan diri dari kenyataan hidupnya. Sebab penderitaan adalah milik semua orang yang hidup. Hanya dalam keberanian menghadapi dan menerima segalanya secara apa adanya sajalah kita bisa berdiri tegak dan mengangkat nilai kita sebagai seorang manusia. Bukankah di depan Tuhan, Sang Pencipta, kita semua memiliki nilai yang sama? Hanya, tentu saja, talenta yang diberikan kepada kita dapat berbeda-beda. Maka kemampuan kita dalam mempergunakan talenta itu saja yang akan dimintakan pertanggung-jawabanNYA kelak. Maka nilai seseorang manusia ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan oleh orang lain. Dan tak seorangpun punya hak untuk memberikan nilai kecuali Dia yang menyayangi kita. 

Sebab bukankah Yesus sendiri telah memberikan teladan yang menarik dalam menentukan nilai hidup ini? Yesus, yang sesungguhnya menurut pandangan manusia, telah gagal karena dijadikan terdakwa, divonis mati dan dengan tubuh yang nyaris telanjang, tergantung di atas kayu salibNya. Siapakah yang bisa menilai bahwa Dia telah berhasil melihat kenyataan yang pahit itu? Kalah dan tewas dalam usia yang masih teramat muda, sebagai terhukum pula. Bagaimanakah kita mampu menilai diri seorang manusia Yesus selain dari kekalahan dan kegagalan. Tidakkah tragis? Dia, yang Sang Putera yang amat disayangi dari Bapa yang Maha Kuasa, saat itu nampak memilukan. Lemah, tidak berdaya dan bahkan dengan sedih berseru: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani” (Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?). Betapa pahitnya hidup ini. Betapa tidak bernilainya harapan itu, karena pada akhirnya, tak ada yang sanggup membantuNya untuk tetap hidup. Yesus telah gagal. Dan mati dengan hina. Hina. 

Tetapi, ah tidak! Ternyata kekalahan, kegagalan dan ketidak-berartian itu tidak berarti bahwa kita sungguh-sungguh telah kalah. Karena dalam kekalahan dalam menghadapi realitas itulah sesungguhnya yang telah memenangkan ke-Tuhan-an Kristus. Dia telah kalah di tangan manusia. Dia takluk di dalam dunia realitas. Tetapi justru karena itu, Dia bangkit dan hidup di dunia ke-Agung-an Bapa. Maka sahabatku, menilai seorang manusia janganlah dari sudut pandang manusia pula. Marilah kita menilai diri sendiri dengan lebih obyektip. Lebih utuh. Dengan berjuang menerima, menghadapi dan mengubah apa yang telah dan sedang kau alami saat inilah sesungguhnya terletak esensi hidupmu. Bahkan pun, jika kelak kau sungguh kalah, itu hanyalah penilaian dari dunia manusia yang penuh dengan kesalahan. Penilaian dari Tuhan akan lain. Akan lain sama sekali. Yakinlah.



Gerimis memasuki senja. Di luar, beberapa lampu mulai menerangi jalan yang basah. Pantulannya membiaskan warna-warni yang cemerlang dalam suasana yang mulai kelam. Tak ada sesuatu yang bergerak lagi di luar. Tak ada lagi kumpulan burung gereja yang tadi nampak. Angin pun diam. Dahan, ranting dan dedaunan cemara diam. Segalanya tenang. Dengan perlahan dia berbalik menghadapiku. Dengan seulas senyum tipis, dia berkata, Tuhan memberkatiku. Tuhan memberkati dunia ini. Tuhan memberkati segala-galanya. Dia membuat segalanya indah pada waktunya. Ya, segalanya indah pada waktunya. Bukankah begitu…? Pdk. Renungan

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Tuesday, September 14, 2010 0 komentar

Pada suku Simalungun, terkenal sebutan “SISADAPUR” yang merupakan akronim dari Sinaga-Saragih-Damanik-Purba. Tapi, tahukah bahwa ada marga-marga Simalungun lain yang masuk dalam keempat marga tersebut? Berikut selengkapnya. Kita mulai dari marga Purba.

1.Purba :
Tambak, Pakpak, Girsang, Tambun Saribu, Sidadolog, Dasuha, Sigumonrong, Siboro, Sidagambir, Tanjung, Silangit, Tondang, Manorsa, Tuah, Sihala, ampa haganup morga na masuk hubani morga Purba na manjalo pakon manghagoluhon adat Simalungun.

2.Saragih:
Garingging, Sumbayak, Sidauruk, Turnip, Simarmata, Sitio, Dajawak, Sitanggang, Munthe, Simanihuruk, Sidasalak, Sijabat, ampa haganup morga na masuk hubani morga Saragih na manjalo pakon manghagoluhon adat Simalungun.

3.Damanik:
Rappogos, Ambarita, Tomok, Gurning, Cholia, Sarasan, Usang, Malayu (Malau), Limbong, ampa haganup morga na masuk hubani morga Damanik na manjalo pakon manghagoluhon adat Simalungun.

4.Sinaga:
Bonor, Appuratus, Uruk, Sidasuhut, Sidallogan, Simandalahi, Simanjorang, Simaibang, Sidahapittu, Porti, Dadihoyong Hataran, Dadihoyong Sinabodat, ampa haganup morga na masuk hubani morga Sinaga na manjalo pakon manghagoluhon adat Simalungun.



Anggo sapari oppat dassa marga na banggal I Simalungun, tapi sonari dong do piga-piga morga na dob manjalo pakon marhagoluhon/maradat Simalungun, aima: Silalahi, Sipayung, Sitopu, Lingga, Haloho, Sinurat.
Tiap-tiap morga tarbagi atap na piga-piga use. Misalni: Saragih Sumbayak, aima Rumahtongah, Parhuluan, Rayabayu, Pardalantapian, Parmajuhi. Halak Simalungun ai ma namar AHAP Simalungun. “Halak Simalungun aima na manjalo pakon makkahagoluhon budaya Simalungun bani pargoluhoni”.

http://id.wikipedia.org/wiki/Marga_Simalungun

Ditulis oleh GKPS DENPASAR 0 komentar

“Terkadang saya heran, kok saya bodoh amat!!!” Seandainya boleh minta satu hal, apa pemikiran saudara? Jadi kaya? Ternama? Jadi orang beken? Pasti tidak salah untuk jadi hartawan atau selebriti. Namun ada satu hal yang lebih bernilai…. Itulah kebijaksanaan.

Bagaimana caranya jadi bijak?? Pasti tidak bisa dibeli di pasar, juga tidak diturunkan oleh nenek moyang.

Yesus memberikan pengajaran terbaik untuk jadi bijak. Menurut Kitab Suci, sejak kanak-kanak, Yesus tumbuh dalam kebijaksanaan. Ia disukai manusia….diperkenankan Allah…tahu cara menghormati orang tua…mengerti betul cara mengagungkan Allah dan menjadikanNya nomor satu dalam kehidupan. Ia juga sangat paham dan taat menjalankan prinsip-prinsip Firman Allah!!



Menurut Yesus, orang bijak membangun hidupnya di atas “batu karang”, bukan di atas “pasir”. Sehingga, pada saat kesulitan melanda, bangunan kehidupannya tetap kokoh karena berdiri di atas dasar Firman Allah dan hubungan yang akrab dengan Dia.

Saat bertumbuh dalam kebijaksanaan, kita belajar mengambil keputusan-keputusan penting yang berdampak seumur hidup. Tak perlu menjadi tua dahulu untuk menjadi bijak, sebab yang lebih tua belum tentu selalu lebih bijak. Saudarapun dapat menjadi bijak, kalau mau belajar dari orang-orang yang punya segudang pengalaman hidup.



Kebijaksanaan tidak hanya menyangkut penggunaan otak, tetapi juga penggunaan hati dalam memahami segala sesuatu. Para pemuka agama yang mendengar ajaran Yesus merasa bahwa ajaranNya terlalu keras, karena mereka hanya memakai logika dalam menerangkan maksudNya.



Memang, bila kita berkeras hati, kita tidak akan pernah mengerti kebenaran rohani yang diajarkan Yesus. Sebaliknya, bila kita membuka pikiran dan hati kita lebar-lebar untuk menerima Firman Allah, kita pasti akan semakin bijak.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Friday, September 10, 2010 0 komentar

Seperti yang kita ketahui, beberapa waktu yang lalu telah dilaksanakan pemilihan syamas di GKPS Denpasar. Syamas yang terpilih pada waktu itu berjumlah 9 orang. Pada minggu lalu, telah terpilih juga pembimbing untuk tiap kategorial yang ada yaitu St. F. Sinaga sebagai pembiming kategorial Bapa, St. W. Saragih sebagai pembimbing Wanita, Sy. Jadima Purba Sidagambir sebagai pembimbing pemuda, dan Sy. Jonrianto Purba sebagai pembimbing Sekolah Minggu.

Pelantikan dilakukan di tengah kebaktian minggu, 5 September 2010. Seusai pengakuan Iman Rasuli, jemaat diundang menyanyikan bersama lagu KJ. 339 diikuti para syamas yang berjalan maju ke depan. Vorhanger GKPS Denpasar yaitu St. J. Purba lalu membacakan surat keputusan dari pusat sebagai tanda pelantikan yang kemudian dilanjutkan pemberkatan oleh Pendeta Waldemar Saragih.
Dengan demikian, seluruh pembimbing kategorial dan syamas di GKPS Denpasar telah resmi bekerja mulai minggu ini. Kita berharap semoga tugas yang dipercayakan Tuhan dapat dilakukan dengan baik demi kemuliaan nama Tuhan kita Yesus Kristus. Selamat melayani. God bless us!
 
Syamas GKPS Denpasar Periode 2010-2015
1. Sy. Jonrianto Purba
2. Sy. E. H. Sinaga
3. Sy. Jadima Purba Sidagambir
4. Sy. Hary J. Sipayung
5. Sy. Jayansen Sipayung
6. Sy. Enriko Purba
7. Sy. Benny Saragih
Suasana Pelantikan Syamas di GKPS Denpasar, 5 September 2010








Pembacaan Surat Keputusan oleh Vorhanger GKPS Denpasar

Video Suasana Pelantikan

Ditulis oleh GKPS DENPASAR 0 komentar

Orang yang lanjut usia kita hormati, tetapi bukan karena jumlah tahunnya yang banyak.Sebab orang lanjut usia dalam arti sebenarnya ialah orang yang bijaksana dan hidup baik. (Kebijaksanaan Salomo 4:8-9)
Dia duduk membelakangiku. Lewat jendela, jejeran pepohonan cemara nampak bergoyang dalam deru angin. Hari sudah hampir senja. Dan udara dingin perlahan menyelinap masuk. Langit lembayung tertutup awan. Lapis melapis. Beberapa ekor burung gereja nampak mengambang di antara ranting dan dedaunan cemara. Beberapa lagi melompat-lompat di atas tanah yang basah akibat gerimis siang tadi. Suasana sepi, sesepi hatinya yang baru saja menguakkan luka lamanya kembali. Luka.

Usianya baru saja mencapai dua puluh dua tahun. Tetapi aku merasa bahwa dia telah melangkahi waktu berabad-abad lamanya. Rambutnya yang panjang dan tergulung rapi tidak dapat menyembunyikan raut sedih di wajahnya. Ah, tiba-tiba aku berpikir tentang nilai seorang manusia. Hal yang sama tadi ditanyakannya. Tentang betapa kini dia tak lagi merasa punya nilai yang berarti dalam hidup ini. Baginya, segalanya telah nihil. Hidup, harapan, masa depan. Segalanya tidak lagi punya arti. Dia telah mati dalam hidup yang masih berlanjut ini. Gerimis kembali turun.



Apakah artinya sebuah kehidupan? Apakah maknanya penderitaan? Berapakah nilai seorang manusia? Dapatkah kita mengukurnya dengan nilai yang baku? Tentu saja tidak. Bahkan kita hidup bukan untuk dinilai atau menilai. Setiap orang, ya setiap orang hidup dengan dunianya sendiri. Seberapa dekat pun kita dengan seseorang, selalu ada ruang yang tak tertembus dalam lubuk hati dan pikirannya. Dan sebab itu, di bawah langit yang satu, dan di atas bumi yang satu pula, kita tak punya hak untuk menilai atau dinilai. Apa itu kebaikan, kejahatan, kesalahan dan kebenaran, segalanya tergantung pada kejujuran kita untuk menghadapi hidup. Maka semuanya tergantung pada keputusan kita untuk menghadapi hidup ini serta bertanggung-jawab dalam menjalaninya.



Selain dari itu, hanya ada pandangan semu dan tak berarti. Sebab, apakah kebenaran itu? Bukankah kebenaran sesungguhnya terletak pada bagaimana kita mau menghadapi dan berani bertanggung-jawab atas segala apa yang telah terjadi dan menimpa kita. Dan nilai seseorang justru terletak pada bagaimana kita mengubah diri kita sendiri. Tidak untuk pasrah dan putus asa untuk hidup. Sebaliknya, kekalahan kita bisa bermakna banyak atas nilai kita sendiri jika kekalahan itu sendiri terjadi setelah kita telah berjuang mempertahankan kejujuran kita untuk hidup dan menghadapi hidup.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Wednesday, September 8, 2010 0 komentar

“Pokoknya…sukses!!!” “Hanya inikah makna hidup??” Banyak anak muda merasa tahu apa yang mereka ingin capai dalam hidup. Namun cara untuk mencapainya, itulah yang membingungkan. Salah satu cara untuk mengatasi kebingungan ini ialah meminta nasihat orang tua, guru, sahabat yang bijak, dan orang-orang lain yang kita percayai.

Kitab Suci merupakan sumber terpenting untuk mencari kesuksesan hidup. Yesus berkata, kalau kita mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, hal-hal penting lainnya akan diberikan kepada kita.

Lingkungan kita mengukur kesuksesan berdasarkan: suksesnya studi, banyaknya uang yang dimiliki, mewahnya rumah, atau banyaknya harta milik dan kekayaan. Tidaklah salah untuk menjalani pendidikan tinggi yang baik. Tidaklah salah untuk menjadi kaya.



Namun, dalam jangka panjang ada hal lain yang jauh lebih penting. Karena, saat kita meninggal dunia, kita tidak akan membawa harta milik , pendidikan , dan kekayaan kita.



Bayi yang baru lahir selalu menggengam tangannya, bak mau berkata, “aku mau semua!!” Saat meninggal, tangan seseorang terkulai lemas seolah berkata “Aku tidak bawa apa-apa.” Yang tertinggal hanyalah perbuatan baik yang dilakukan dalam nama Tuhan. Sukses sejati hanya bisa dihitung secara rohani pada saat seseorang menyelesaikan hidupnya.


Ditulis oleh GKPS DENPASAR 0 komentar

Budaya terdiri dari adat istiadat, bahasa, dan sebagainya. Bahasa budaya Simalungun I dasari Habonaron Do Bona = Kebenaran adalah pangkal, janah domma I bahen jadi motto lambang kabupaten Simalungun. Sonai pakon, “Sapangambei manoktok hitei” = bersama-sama membangun. Domma itotapkon jadi motto lambang Kota Pematangsiantar.
Falsafah budaya Simalungun tercermin pada falsafah adat Simalungun yaitu Tolu Sahundulan, lima saodoran. Tolu sahundulan = Tiga pada satu tempat aima:
1.Sanina
2.Tondong
3.Boru



Semboyan Tolu Sahundulan: Sanina pangalopan Riah,Tondong mangalopan podah, Boru pangalopan gogoh. Marsanina ningon pakkei, manat, Martondong ningon hormat, sombah. Marboru ningion elek, pandei.

Bani na manjalo pakon na padalan adat Simalungun dong do na isobut Suhi Ni Ampang, Ampang aima na berasal humbani kulit kambing. Suhi ni ampang bani na manjalo pakon padalan adat Simalungun dong do 4 (opat) aima:
1.Na manjalo sebagai tonding (Sipanganon/Bolini Boru/Gori)
-Suhut (orang tua)
-Sanina (bapa tua)
-Tondong
-Anak Boru Jabu
2.Na manjalo sebagai Boru (Manjalo hiou sanggah pa Ompo anak):
-Suhut
-Sanina
-Niombah dalahi na dob Marhajabuan (Nasikaha)
-Anak Boru Jabu


Falsafal ada Tolu Sahundulan aido na gabe panrippunan ni tutur bani Simalungun, halani haganupan tutur I Simalungun pangibulanni tarbagi 3 bagian banggal aima:
1.Sibiak sanina
2.Sibiak tondong
3.Sibiak boru

Somal do igoran situlo sahundulan, simbolni aima: Bonang manalu atap bani saputangan pinolang-polang. Ase anggo bani horja adat ningon sadalanan do na tolu ase tipak horja in. Sanina pangalopan riah, tondong pangalopan podah, boru pangalopan gogoh.


Bani na marsanina ningon manat do diri, anggo dong sada masalah na marsalisih pandapot urah do manrutta, ai mintor urah di tarluar: “Ai aha deba na marsigarami panggilinganni bei do”.

Bani tondong hormat, dong do hata sapari makkatahon, Naibata na niidah do anggo tondong. Rado melus suansuanan diri anggo nagoranni tondong diri, tenger pe sambubu na pinupus ni tondong do.

Bani boru ningon elek/pandei do, ai boru do basikah ni jabu diri. Ningon pandei diri mangeleksi baik mahitei sahap appa pambaen. “Asasrni hatinong-nong I babouni tapian, anggo mamasu-masu ma tondong, sai tambah ma pansarian”

Bani Simalungun halani pangkei janah luas do marpamili, Tolu Sahundulan, ikembangkon do jadi lima na isobut lima saodoran aima:
1.Suhut
2.Tondong
3.Boru
4.Tondong ni tondong
5.Anak boru mintori (boru ni boru)

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Monday, September 6, 2010 0 komentar

Hentikan sejenak aktivitasmu dan lihatlah sekeliling…..dunia kita benar-benar sakit. Di awal tahun 1986, PBB mencanangkan tahun itu sebagai ‘tahun perdamaian dunia’. Namun, di akhir tahun itu, tercatat ada lebih dari seratus peperangan.

Belum lagi lingkungan fisik yang makin parah, lapisan ozon menganga, virus-virus aneh yang mematikan seperti Lassa, Hanta, Ebola, Marburg, Machupa dan segudang nama aneh lainnya. Sementara itu, hampir seratus juta penduduk Indonesia hidup mendekati garis kemiskinan. Empat puluh juta kekurangan pangan. Di tahun 1998 saja, ada 15 juta pengangguran dan 8 juta anak putus sekolah. Demikian banyak yang kurang gizi, jumlah anak jalanan naik tiga kali lipat….sistem moneter amburadul….krisis…..dan penderitaan semakin parah.


Tak heran, istilah “depresi” jadi popular. Apa sih sebenarnya DEPRESI itu? “Perasaan yang sama sekali tak bahagia, kesepian yang mendalam, perasaan tertolak, yang mengakibatkan kita malas beraktifitas….” Para ahli mengemukakan beberapa penyebab depresi:
1.Kehilangan orang atau benda yang sangat disayang
2.Perasaan tak berdaya
3.Pandangan yang sangat jelek tentang diri sendiri
4.Pengalaman buruk (musibah/kecelakaan) yang beruntun
5.Gagal…melulu…

Anehnya, mereka yang sedang sukses juga bisa mengalami depresi. Contohnya, ada Negara adidaya yang rakyatknya sangat makmur, ternyata hampir 1/3 penduduknya rentan depresi. Para ahli pun berusaha memberikan jalan keluarnya. Kata mereka:
1.Konsultasikan masalahmu dengan orang yang mau mengerti
2.Paksa dirimu melakukan kegiatan-kegiatan yang kamu suka
3.Berpikir dan bersikaplah positif
4.Evaluasi tujuan hidup dan cita-cita yang ingin kamu capai


Repotnya, para ahli tersebut kemudian berbicara dengan suara pelan, “MUDAH-MUDAHAN ya… hal-hal ini bisa mengurangi depresimu…Sedangkan untuk lepas sama sekali…..yah rasanya susah, sih…” ASTAGA!!

“Di dalam lubuk hati manusia ada kekosongan yang tak’kan pernah dipuaskan dengan apapun juga kecuali oleh PenciptaNya”. Ungkapan semacam ini pernah dilontarkan oleh Pascal.



Itulah sebabnya, Yesus berkata, “Marilah kepadaKu semua yang letih, lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR 0 komentar

Subscribe here

Tentang Kami

My photo
Denpasar, Bali, Indonesia
WELLCOME to Gereja Kristen Protestan Simalungun Bali... Di sini tempat kita memuji Tuhan Yesus Kristus, tempat kita belajar Firman Tuhan... Let's praise Jesus Christ..!!Haleluya...

Pengurus Gereja

Pendeta
Pdt. Melena br. Turnip

Pimpinan Majelis

Vorhanger : St. Jansen Purba Sidagambir
Wapeng : St. Rajalim Saragih Simarmata
Sekretaris : Sy. Johny Damanik
Bendahara : St. W. Saragih Simarmata

Anggota Majelis
St. Rajalim Saragih
St. H. F. Sinaga
Sy. HJ. Sipayung
Sy. Enrico Purba
Sy. Doni F. Sinaga
Sy. Jayansen Sipayung
Sy. E. H. Sinaga
Sy. Jadima Purba Sidagambir
Sy. Benny Saragih
Sy. Jonrianto Purba

Seksi-seksi/Koordinator
Bapa: Sy. Jayansen Sipayung
Wanita: Ny. M. Lisbeth Br. Saragih
Pemuda: Sy. Donny Sinaga
SM: Ny. Evi K. Br. Girsang

Pembimbing
Bapa: St. H. F. Sinaga
Wanita: St. W. Saragih Simarmata
Pemuda: Sy. Jadima Purba Sidagambir
SM: Sy. Jonrianto Purba

Translate

GKPS Denpasar's Moments

Pensi Pgkps Denpasar

Ianan, Lokasi


View Tanjung Benoa in a larger map