Komunikasi adalah seperti aliran darah di dalam tubuh kita. Ketika aliran darah itu berhenti mengalir, berarti kita juga akan mati. Dan sebaliknya kalau aliran darah itu tetap lancar kita pasti akan sehat-sehat saja. Namun kadang banyak diantara kita yang menomorduakan komunikasi, menganggap remeh komunikasi. Apa yang terjadi ketika komunikasi itu berhenti? Jawabannya adalah HUBUNGAN yang tidak baik dan bahkan ”mati”.
Sewaktu saya kecil kadang-kadang saya juga tidak menuruti nasihat orangtua, layaknya anak-anak kecil lainnya. Misalnya, sudah maghrib tetapi masih bermain-main di luar. Masih terngiang pesan ibu dan kakak-kakak ku saat itu, “ulang marguro-guro i darat be, holi itangkap pamangus da”. Entahlah itu hanya sekedar mitos atau hanya “mambiar-biari”. Di Kampungku apabila waktu maghrib/senja tiba, maka warga (anak-anak) tidak ada yang berada diluar rumah. Sebagai hukuman atas kesalahan itu, ibu menjewer telinga saya.

Mengapa hukuman itu berupa jeweran di telinga, tidak di tempat lain, di hidung contohnya? Filosofisnya, telinga adalah indera paling penting bagi anak-anak dalam mempelajari aturan-aturan yang diajarkan orangtua. Orangtua mendidik anak dengan norma-norma melalui mulut mereka kemudian diterima oleh anak-anak melalui telinga mereka. Jadi, anak yang nakal patut dijewer telinganya supaya telinganya itu dipergunakan sebaik-baiknya untuk belajar. Sambil menjewer telinga biasanya para orangtua berkata, “ anggo i patugah na dear tangihon! Ulang masuk hun pinggol siamun, i padarat ho hun pinggol sambilou (Jika diberi tahu, dengarkan! Jangan dimasukkan melalui telinga kanan lalu dikeluarkan melalui telinga kiri)”. Kini setelah dewasa, saya tidak pernah dijewer lagi. Bukan karena tidak pernah ada peraturan yang saya langgar, melainkan badan saya sudah lebih tinggi daripada badan ibu. Jadi, bila ibu mau menjewer telinga saya dijamin tidak akan sampai. Lagi pula memang saya tidak pernah nakal lagi. Sudah tua koq masih disebut nakal!
Telinga digunakan untuk mendengar dan mendengarkan. Dalam kajian komunikasi, antara mendengar dan mendengarkan artinya berbeda. Mendengar berkenaan dengan penerimaan rangsang suara secara datar dan tidak mendalam atau tidak disengaja. Sedangkan mendengarkan bertalian dengan proses psikologis yang aktif. Proses ini melibatkan hati, pikiran, telinga, dan mata. Dengan kata lain, mendengar hanyalah proses sensasi. Mendengarkan lebih dari sekadar sensasi, melainkan juga berpikir dan berempati. Jadi, mendengarkan bukanlah usaha yang gampang. Mendengarkan adalah usaha yang memerlukan energi dan perhatian yang tinggi.

PENTINGNYA KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN / PEKERJAAN

Komunikasi adalah bukan sekadar menyampaikan pesan, namun juga menyangkut interaksi antara dua insan atau lebih. Dalam gereja dan tempat kerja dimana kita melakukan suatu pelayanan, terdapat berbagai macam orang yang kita jumpai. Terdapat beberapa orang yang menyenangkan, tetapi ada pula yang kurang menyenangkan. Kita bisa membangun persahabatan dan berlangsung seumur hidup.tetapi ada juga beberapa orang yang “sulit” benar–benar sangat egois, tidak menyenangkan dan bahkan kejam. Dapat dipastikan pada saat kita bekerja dengan orang–orang yang berkarakter seperti yang telah disebutkan di atas, maka akan timbul masalah/konflik. Ketika konflik muncul, apa yang harus kita lakukan? diam saja, mundur dari pekerjaan/pelayanan gereja atau berusaha menyelesaikan konflik tersebut?
“Tantangan Terbesar dalam berkomunikasi adalah mengerti pikiran,
latar belakang dan proses berpikir pendengar anda. Bila anda tahu ini, ada cara mencegah banyak “ gangguan komunikasi” (Wayne Pennington)
“Banyaklah mendengar, namun bicaralah sedikit” (William Shakespeare/Hamlet)

PENTINGNYA MENDENGARKAN

“Sehati sepikirlah kamu, dan hiduplah dalam damai sejahtera” (II Korintus 13:11)
“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu" (Efesus 4:2)

Firman Tuhan memerintahkan kita untuk bergaul dengan baik dengan orang lain. Ingatlah apa yang dikatakan dalam Roma 12:18. “sedapat–dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang. “ Sungguh menarik untuk melihat kata keterangan dalam ayat ini. “Sedapat–dapatnya“. Pernahkah kita memandang Roma 12:18 dengan cara demikian? Terkadang apapun yang kita lakukan, seseorang tidak menanggapinya dengan benar. Namun, kita harus tetap melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan kedamaian dengannya. Ada harapan bagi kita untuk bergaul dengan lebih baik dengan orang lain di gereja dan ditempat kerja. Semua itu dimulai dari diri kita sendiri. Cara yang sangat efektif untuk menyelesaikan konflik–konflik dalam hubungan kerja dan pelayanan kita adalah melalui berkomunikasi. Agar komunikasi menjadi efektif. Kedua pihak harus terus menerus memberi dan menerima informasi baik lisan maupun tulisan. Didalam berkomunikasi dengan orang lain, termasuk rekan pelayanan di gereja, terdapat aspek penting yang harus diperhatikan, yaitu aspek mendengarkan. Akan tetapi, saat ini terlalu banyak orang yang hanya mau mendengar diri mereka sendiri ketika berbicara dan mendominasi pembicaraan. Seringkali ketika dua orang sedang berbicara, sebenarnya mereka sedang mengadakan “dialog tuli“. Jika kita benar–benar mendengarkan orang lain, berarti kita sedang mengirim suatu pesan yang akan membuatnya berpikir saya pasti layak didengarkan. Pernahkah kita mempunyai pengalaman didengarkan oleh orang lain? Tidak hanya didengarkan, namun kata–kata kita benar–benar diperhatikan? Firman Tuhan berikut ini menjelaskan bagaimana Allah mendengarkan kita. Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. “Sebab Ia menyendengkan telingaNya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepadaNya”. (Mazmur 116 :1,2).

LANGKAH BERKOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita perlu memperhatikan siapa yang kita ajak untuk berkomunikasi.

1.Hubungan antar generasi. Setiap generasi dihadapkan pada persoalan–persoalan yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Langkahnya adalah dengan mengenali dan memahami. Memahami berarti mengerti makna perbedaan–perbedaan tersebut, namun juga berarti mempunyai suatu sikap yang toleran terhadap mereka. Jangan mudah untuk berprasangka kepada orang lain yang berbeda pendapat dengan kita. Jika kita cepat memberi penghakiman terhadap suatu kelompok yang berbeda, maka visi kita mulai berubah. Telinga yang terbuka, pikiran yang terbuka dan hati yang terbuka akan membantu kita memahami hal–hal yang belum pernah kita pahami sebelumnya.

2.Hubungan antar lawan jenis. Banyak pria memandang komunikasi sebagai pertandingan olahraga. Itulah sebabnya ketika suatu percakapan berakhir, bagi seorang pria itu benar– benar berakhir. Wanita berkomunikasi untuk memahami orang lain dan untuk membuat orang lain memahami mereka. Inilah sebabnya mengapa subyek yang sama dapat dibicarakan dan dibahas, dianalisis & dibedah berkali–kali. Setiap kali menghasilkan pemahaman yang lebih dalam. Dalam percakapan dengan wanita, pria boleh terus berbicara tentang apa yang mereka lakukan (misal: olahraga, hobi, uang atau bisnis). Pria boleh terus menggunakan gaya bicaranya dan juga janganlah terlalu mengekang rasa humor! Dalam percakapan dengan pria, wanita boleh terus berbicara tentang orang-orang, hubungan, dan perasaan. Namun, jagalah agar kata–kata tetap singkat dan spesifik sehingga pria akan lebih mendengarkan. Jika wanita sedang berbicara dengan seorang pria, ia harus bertanya pada diri sendiri : “Apakah ia perlu mendengar semua ini atau bahkan ingin mendengarnya? Juga akan membantu jika wanita menambahkan topik–topik yang disukai oleh pria. Mereka tidak harus menjadi ahli dalam topik tersebut, namun dengan sedikit membuka wawasan dengan membaca/mendengarkan, mereka bisa mendapatkan cukup informasi untuk mengetahuinya.

3.KOMUNIKASI YANG BAIK AKAN MENCIPTAKAN SUATU HUBUNGAN YANG BAIK DAN BERLAKU SEBALIKNYA.

4.Akhirnya, SELAMAT BERKOMUNIKASI !!

Ebn Purba Sidadolog - Pemuda GKPS GETSEMANE (mantan pgkps denpasar)

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Tuesday, March 15, 2011 0 komentar

Subscribe here

Tentang Kami

My photo
Denpasar, Bali, Indonesia
WELLCOME to Gereja Kristen Protestan Simalungun Bali... Di sini tempat kita memuji Tuhan Yesus Kristus, tempat kita belajar Firman Tuhan... Let's praise Jesus Christ..!!Haleluya...

Pengurus Gereja

Pendeta
Pdt. Melena br. Turnip

Pimpinan Majelis

Vorhanger : St. Jansen Purba Sidagambir
Wapeng : St. Rajalim Saragih Simarmata
Sekretaris : Sy. Johny Damanik
Bendahara : St. W. Saragih Simarmata

Anggota Majelis
St. Rajalim Saragih
St. H. F. Sinaga
Sy. HJ. Sipayung
Sy. Enrico Purba
Sy. Doni F. Sinaga
Sy. Jayansen Sipayung
Sy. E. H. Sinaga
Sy. Jadima Purba Sidagambir
Sy. Benny Saragih
Sy. Jonrianto Purba

Seksi-seksi/Koordinator
Bapa: Sy. Jayansen Sipayung
Wanita: Ny. M. Lisbeth Br. Saragih
Pemuda: Sy. Donny Sinaga
SM: Ny. Evi K. Br. Girsang

Pembimbing
Bapa: St. H. F. Sinaga
Wanita: St. W. Saragih Simarmata
Pemuda: Sy. Jadima Purba Sidagambir
SM: Sy. Jonrianto Purba

Translate

GKPS Denpasar's Moments

Pensi Pgkps Denpasar

Ianan, Lokasi


View Tanjung Benoa in a larger map