Gereja kerap kesulitan merekrut guru Sekolah Minggu dan pelayan anak yang benar-benar takut akan Tuhan dan mendedikasikan pelayanan sebaik-baiknya untuk memperkenalkan Kristus kepada anak. Tak jarang gereja membuat semacam “promosi” untuk menarik jemaatnya, supaya terjun dalam pelayanan anak.
Dalam suatu pembekalan bagi calon guru Sekolah Minggu, pendeta mengangkat Matius 18:6 sebagai bahan khotbahnya. Selesai acara, pengurus Sekolah Minggu menyatakan kekecewaan mereka. Sebab saat mereka ingin merangkul orang-orang baru, pendeta justru “menakut-nakuti” calon guru Sekolah Minggu dengan bacaan tadi (ayat 6). Sang pendeta hanya tersenyum. Ia mengingatkan bahwa sejak dulu tuaian memang banyak, tetapi pekerja sangat sedikit. Walau demikian, untuk tuaian yang satu ini kita tidak bisa merekrut sembarang pekerja (ayat 10). Semua pekerja dalam pelayanan anak harus sadar bahwa ia mengerjakan sesuatu yang sangat berharga. Karena itu konsekuensinya juga berat. Lebih baik sebuah batu giling diikatkan ke lehernya, dan ia ditenggelamkan ke laut apabila seorang anak kecil disesatkan oleh pengajarannya. Apalagi malah membuat anak berbuat dosa (ayat 7). Menjadi pelayan anak tidak sekadar “yang penting mau”.
Menjadi orang yang terlibat dalam pelayanan Sekolah Minggu perlu keseriusan, tidak sekadar asal. Karena itu, apabila kita memiliki hati yang terbeban untuk melayani anak serta mengerti betapa berharganya kepercayaan yang Tuhan berikan, Tuhan pasti akan menolong dan memampukan kita dalam menjalani pelayanan tersebut.
Dalam suatu pembekalan bagi calon guru Sekolah Minggu, pendeta mengangkat Matius 18:6 sebagai bahan khotbahnya. Selesai acara, pengurus Sekolah Minggu menyatakan kekecewaan mereka. Sebab saat mereka ingin merangkul orang-orang baru, pendeta justru “menakut-nakuti” calon guru Sekolah Minggu dengan bacaan tadi (ayat 6). Sang pendeta hanya tersenyum. Ia mengingatkan bahwa sejak dulu tuaian memang banyak, tetapi pekerja sangat sedikit. Walau demikian, untuk tuaian yang satu ini kita tidak bisa merekrut sembarang pekerja (ayat 10). Semua pekerja dalam pelayanan anak harus sadar bahwa ia mengerjakan sesuatu yang sangat berharga. Karena itu konsekuensinya juga berat. Lebih baik sebuah batu giling diikatkan ke lehernya, dan ia ditenggelamkan ke laut apabila seorang anak kecil disesatkan oleh pengajarannya. Apalagi malah membuat anak berbuat dosa (ayat 7). Menjadi pelayan anak tidak sekadar “yang penting mau”.
Menjadi orang yang terlibat dalam pelayanan Sekolah Minggu perlu keseriusan, tidak sekadar asal. Karena itu, apabila kita memiliki hati yang terbeban untuk melayani anak serta mengerti betapa berharganya kepercayaan yang Tuhan berikan, Tuhan pasti akan menolong dan memampukan kita dalam menjalani pelayanan tersebut.
0 komentar