Bila seseorang mengajar, ini berarti ia sudah mengemban tugas moral, yaitu moral sebagai orang yang dianggap dapat menurunkan apa yang ia miliki untuk memberikan pengetahuan Firman Allah. Tugas moral bahwa ia tidak akan mengkhianati tentang Firman Allah, untuk menjadikan akan seorang manusia yang berguna dan taat kepada Tuhan. Inilah citra keguruan. Yang ideal adalah, di samping guru mengajarkan Firman Allah, juga sebagai pengganti orang tua di sekolah, menyelami jiwa murid-muridnya. Kita tahu bahwa masyarakat selalu mempunyai hak untuk menilai guru dengan sikap yang sangat kritis. Orang tua yang mempercayakan anaknya kepada sekolah minggu, berhak mengeluh bila ia mengetahui hak anaknya tidak dipenuhi. Anak selalu berhak untuk mendapatkan perhatian penuh dari gurunya.
Seorang guru sekolah minggu mempunyai kewajiban moril terhadap masyarakat, bahwa ia melaksanakan tugasnya dengan daya upaya, kejujuran dan kesungguhan yang tidak bisa ditawar. Dari sini, kita dapat mengerti bahwa dengan hanya berbekal ilmu pengetahuan seberapa pun hebatnya, belum cukup untuk dapat menyebut diri sebagai guru. Meskipun kurikulum yang ada di sekolah minggu adalah baik, tetapi keberhasilan kurikulum dalam pelaksanaannya, selalu menuntut kecerdasan pengajar untuk mencari cara yang luwes dalam menjalankannya. Modal pertama yang harus kita miliki sebagai sumber dan titik tolak dalam pengajaran adalah “kasih sayang”. Apakah kita mampu menganggap setiap murid yang dipercayakan kepada kita, sebagai anak kita sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihannya? Setiap murid bukanlah suatu benda mati yang dapat dijadikan barang mainan sebagai mangsa pelampiasan kekuasaan gurunya. Sebagai seorang guru, kita harus dapat menguasai diri, harus mampu mengendalikan diri, oleh karena keberhasilan seorang guru ditentukan oleh banyak hal yaitu dari penguasaan diri, pembawaan atau sikap, penggunaan bahasa yang baik (bukan bahasa yang kotor atau kasar atau bahasa pasar/dagang) dan keterbukaan sikapnya.
Tugas dan Kewajiban Seorang Guru Sekolah Minggu
Guru sekolah minggu tokoh yang paling utama dalam membimbing anak di sekolah minggu dan memperkembangkan anak agar mencapai / menuju kedewasaan. Oleh karena itu, hal yang pertama-tama harus diperhatikan guru untuk dapat menarik minat murid ialah penampilan dan sikapnya. Usahakan jangan terlalu formal dan penuh disiplin, agar anak tidak takut dan enggan di sekolah minggu.Guru harus mampu menjadi tokoh yang berkesan dan berwibawa. Di samping segi penampilan yang tidak boleh dilupakan, maka ada beberapa fungsi guru yang aktif yakni:
Mengawasi dan membantu anak dalam menghadapi kesukaran yang tak teratasi.
Contoh: mengapa seorang anak tidak disenangai teman-temannya? Mungkin si anak tidak dapat menemukan penyebabnya dan membutuhkan orang dewasa lain untuk memberi petunjuk dan mencari penyebabnya, untuk kemudian anak berusaha memperbaikinya. Jadi di sini guru berfungsi membantu proses sosialisasi, sehingga anak mampu menyesuaikan diri dengan teman-temannya.
Di dalam kelas, guru bertindak sebagai pemimpin, dalam arti memimpin segala aktivitas yang ada di kelas dan menentukan acara pelajaran. Semua keputusan ada di tangan guru, walau kadang-kadang pendapat murid menjadi bahan pertimbangan juga. Di sini guru harus mampu menguasai kelas dengan penuh wibawa. Memang benar bahwa wibawa, bakat dan intelligensia tidak dapat dicari atau dibeli, akan tetapi dalam hal wibawa seorang guru dapat membinanya melalui kesadarang terhadap kelemahan-kelemahan sendiri. Misalnya: pada waktu mengajar seorang guru mengobrol dengan guru lain yang sedang bertamu di kelas tersebut, lalu kelihatan asyik membicarakan salah satu murid yang ada di kelas tersebut, sambil sekali- sekali tertawa. Jelas, bahwa hal-hal tersebut akan mengurangi penghargaan murid terhadap gurunya. Harus diingat bahwa wibawa dimulai dari sikap menghargai guru. Kalau anak-anak mulai gaduh, maka wibawa guru mulai runtuh dan penguasaan kelas akan menjadi jauh lebih sulit.
Berwibawa bukan berarti harus bertindak dengan kekerasan., tetapi seperti yang dikatakan oleh seorang pakar pengajaran, bahwa guru harus bisa memperlihatkan sikap sebagai berikut:
a. Memerintah, dengan tujuan agar ditiru dalam melaksanakan tugas dengan tepat dan pasti
b. Hangat dan simpatik agar anak merasakan kebahagiaan, tanpa terlalu cemas akan prestasinya. Jadi selain guru harus tegas dalam menentukan tugas-tugas atau pekerjaan-pekerjaan yang wajib diselesaikan, ia harus bisa hangat dan ramah terhadap kebutuhan-kebutuhan muridnya, tanpa menuntut terlampau banyak dari segi prestasi.
Guru dipandang serba tahu dan serba mampu, oleh karena itu apa yang dikatakan guru dianggap selalu pasti dan benar. Jadi guru harus mampu menguasai tindakannya. Lebih bijaksana apabila kita mengatakan bahwa sekolah minggu merupakaan tempat di mana murid dan guru datang bersama-sama dan masing-masing memberikan apa-apa yang dibutuhkan baik oleh murid maupun oleh guru. Anak-anak mempunyai kebutuhan untuk diterima, tetapi guru mempunyai kebutuhan untuk memberi dan dikenal, sesuai dengan pengabdiannya. Selain fungsi-fungsi guru seperti yang telah disebutkan di atas, yang juga penting adalah bagaimana hubungan antara guru dan murid. Oleh karena itu harus diperhatikan bagaimana guru melihat dirinya sendiri, apakah ia memandang dirinya sebagai pemimpin yang paling. Berkuasa, atau sebagai orang tua, sebagai teman yang lebih tua yang membantu murid kalau diperlukan. Pandangan ini akan menentukan corak hubungan yang terjadi antara guru dan murid. Sebenarnya sebagai guru, ia memiliki berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh murid dan hal ini merupakan sumber kekuatan untuk menguasai kelas dan menarik perhatian murid.
Seorang guru sekolah minggu mempunyai kewajiban moril terhadap masyarakat, bahwa ia melaksanakan tugasnya dengan daya upaya, kejujuran dan kesungguhan yang tidak bisa ditawar. Dari sini, kita dapat mengerti bahwa dengan hanya berbekal ilmu pengetahuan seberapa pun hebatnya, belum cukup untuk dapat menyebut diri sebagai guru. Meskipun kurikulum yang ada di sekolah minggu adalah baik, tetapi keberhasilan kurikulum dalam pelaksanaannya, selalu menuntut kecerdasan pengajar untuk mencari cara yang luwes dalam menjalankannya. Modal pertama yang harus kita miliki sebagai sumber dan titik tolak dalam pengajaran adalah “kasih sayang”. Apakah kita mampu menganggap setiap murid yang dipercayakan kepada kita, sebagai anak kita sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihannya? Setiap murid bukanlah suatu benda mati yang dapat dijadikan barang mainan sebagai mangsa pelampiasan kekuasaan gurunya. Sebagai seorang guru, kita harus dapat menguasai diri, harus mampu mengendalikan diri, oleh karena keberhasilan seorang guru ditentukan oleh banyak hal yaitu dari penguasaan diri, pembawaan atau sikap, penggunaan bahasa yang baik (bukan bahasa yang kotor atau kasar atau bahasa pasar/dagang) dan keterbukaan sikapnya.
Tugas dan Kewajiban Seorang Guru Sekolah Minggu
Guru sekolah minggu tokoh yang paling utama dalam membimbing anak di sekolah minggu dan memperkembangkan anak agar mencapai / menuju kedewasaan. Oleh karena itu, hal yang pertama-tama harus diperhatikan guru untuk dapat menarik minat murid ialah penampilan dan sikapnya. Usahakan jangan terlalu formal dan penuh disiplin, agar anak tidak takut dan enggan di sekolah minggu.Guru harus mampu menjadi tokoh yang berkesan dan berwibawa. Di samping segi penampilan yang tidak boleh dilupakan, maka ada beberapa fungsi guru yang aktif yakni:
Mengawasi dan membantu anak dalam menghadapi kesukaran yang tak teratasi.
Contoh: mengapa seorang anak tidak disenangai teman-temannya? Mungkin si anak tidak dapat menemukan penyebabnya dan membutuhkan orang dewasa lain untuk memberi petunjuk dan mencari penyebabnya, untuk kemudian anak berusaha memperbaikinya. Jadi di sini guru berfungsi membantu proses sosialisasi, sehingga anak mampu menyesuaikan diri dengan teman-temannya.
Di dalam kelas, guru bertindak sebagai pemimpin, dalam arti memimpin segala aktivitas yang ada di kelas dan menentukan acara pelajaran. Semua keputusan ada di tangan guru, walau kadang-kadang pendapat murid menjadi bahan pertimbangan juga. Di sini guru harus mampu menguasai kelas dengan penuh wibawa. Memang benar bahwa wibawa, bakat dan intelligensia tidak dapat dicari atau dibeli, akan tetapi dalam hal wibawa seorang guru dapat membinanya melalui kesadarang terhadap kelemahan-kelemahan sendiri. Misalnya: pada waktu mengajar seorang guru mengobrol dengan guru lain yang sedang bertamu di kelas tersebut, lalu kelihatan asyik membicarakan salah satu murid yang ada di kelas tersebut, sambil sekali- sekali tertawa. Jelas, bahwa hal-hal tersebut akan mengurangi penghargaan murid terhadap gurunya. Harus diingat bahwa wibawa dimulai dari sikap menghargai guru. Kalau anak-anak mulai gaduh, maka wibawa guru mulai runtuh dan penguasaan kelas akan menjadi jauh lebih sulit.
Berwibawa bukan berarti harus bertindak dengan kekerasan., tetapi seperti yang dikatakan oleh seorang pakar pengajaran, bahwa guru harus bisa memperlihatkan sikap sebagai berikut:
a. Memerintah, dengan tujuan agar ditiru dalam melaksanakan tugas dengan tepat dan pasti
b. Hangat dan simpatik agar anak merasakan kebahagiaan, tanpa terlalu cemas akan prestasinya. Jadi selain guru harus tegas dalam menentukan tugas-tugas atau pekerjaan-pekerjaan yang wajib diselesaikan, ia harus bisa hangat dan ramah terhadap kebutuhan-kebutuhan muridnya, tanpa menuntut terlampau banyak dari segi prestasi.
Guru dipandang serba tahu dan serba mampu, oleh karena itu apa yang dikatakan guru dianggap selalu pasti dan benar. Jadi guru harus mampu menguasai tindakannya. Lebih bijaksana apabila kita mengatakan bahwa sekolah minggu merupakaan tempat di mana murid dan guru datang bersama-sama dan masing-masing memberikan apa-apa yang dibutuhkan baik oleh murid maupun oleh guru. Anak-anak mempunyai kebutuhan untuk diterima, tetapi guru mempunyai kebutuhan untuk memberi dan dikenal, sesuai dengan pengabdiannya. Selain fungsi-fungsi guru seperti yang telah disebutkan di atas, yang juga penting adalah bagaimana hubungan antara guru dan murid. Oleh karena itu harus diperhatikan bagaimana guru melihat dirinya sendiri, apakah ia memandang dirinya sebagai pemimpin yang paling. Berkuasa, atau sebagai orang tua, sebagai teman yang lebih tua yang membantu murid kalau diperlukan. Pandangan ini akan menentukan corak hubungan yang terjadi antara guru dan murid. Sebenarnya sebagai guru, ia memiliki berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh murid dan hal ini merupakan sumber kekuatan untuk menguasai kelas dan menarik perhatian murid.