Showing posts with label Motivasi Kristen. Show all posts
Showing posts with label Motivasi Kristen. Show all posts

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku, memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang.

Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan budak atau pelayan. Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica.

Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah. Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu.

Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.

Sampai suatu malam. Malam di mana saya bermimpi tentang seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arah saya. Sambil tersenyum ia berkata, “Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada Mommy!”

Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya, “Tunggu…, sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?”

“Nama saya Elic, Tante.”

“Eric? Eric… Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric?”

Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu.Rasanya seperti mau mati saja saat itu.

Ya, saya harus mati…, mati…, mati… Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric…

Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping. “Mary, apa yang sebenarnya terjadi?”
“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu.” tTpi aku menceritakannya juga dengan terisak-isak. ..

Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric..Eric…

Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu. Dengan perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali… Tidak terlihat sesuatu apa pun! Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu.

Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya. ..

Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, saya pun keluar dari ruangan itu… Air mata saya mengalir dengan deras. Saat itu saya hanya diam saja. Sesaat kemudian saya dan Brad mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, saya melihat seseorang di belakang mobil kami. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.

Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.

“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”

Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”

Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk!

Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia
belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini ntukmu…”
Saya pun membaca tulisan di kertas itu…

“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”

Saya menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan…
katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang!
Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”
Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia.. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana … Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari
belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana .
Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.

(kisah nyata di irlandia utara)

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Sunday, January 23, 2011 3 komentar

Memasuki tahun baru, apa yang ada dipikiran Anda? Bersyukur? Atau, justru gentar menghadapi tantangan zaman yang kian berat? Ancaman global warming, bencana alam, krisis ekonomi maupun politik, terus-menerus melanda. Bagaimana kita sebagai anak Tuhan menyikapi pergumulan-pergumulan pada tahun yang baru ini?

Keluaran 16 bercerita tentang bangsa Israel yang bersungut-sungut karena kehabisan perbekalan setelah dua bulan berjalan di padang gurun (ayat 2). Mereka menuduh Musa dan Harun membawa mereka ke padang gurun hanya untuk membunuh mereka dengan kelaparan (ayat 3). Tuhan mendengar keluhan dan omelan mereka. Sejak itu, Dia mengirimkan manna untuk mereka setiap pagi—kecuali pada hari Sabat—selama 40 tahun (ayat 35).
Ada dua hal yang bisa kita pelajari dari pengalaman bangsa Israel ini. Pertama, ketika masalah datang, janganlah kita bersungut-sungut dan menyalahkan orang lain. Itu tiada guna, bahkan mendukakan hati Tuhan. Kedua, krisis yang terjadi di hidup manusia merupakan kesempatan bagi Tuhan untuk menunjukkan pemeliharaan-Nya. Manna turun setelah perbekalan orang Israel habis. Tuhan kerap kali mengizinkan krisis mengimpit kita supaya kita lebih menyadari kasih dan kuasa-Nya. Tuhan melakukan itu karena secara manusiawi, kita cenderung tidak mau berserah kepada-Nya sebelum benar-benar terpojok.
Setiap pagi ketika kita bangun tidur dan pikiran akan beban-beban yang ada di hadapan memasuki otak kita, ingatlah bahwa Tuhan memberikan hari yang baru untuk sekali lagi Dia menyatakan kasih kepada kita lewat segala yang Dia izinkan terjadi.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Tuesday, January 4, 2011 1 komentar

We have to know our position in Christ then we have to be growing in preparation and finally we have to be going out fulfilling the mandate. Verses 16-18: “They are not of the world, just as I am not of the world. Sanctify them by Your truth. Your word is truth. As You sent Me into the world, I also have sent them into the world.”

So what Jesus is saying, we are not of it but we are sent into it. That is the relationship we need to know. We need to know our position with the world. In it but not of it. The term “world” here and so often in the scripture, it does not mean the earth, the environment. It does not even mean the people on the earth as much as a system, a mentality, a way of thinking. The greek word is ‘cosmos’ and it means an ordered system of ideals and energy controlled by the devil. The bible calls satan the god of this world who has blinded the minds of those who believe not. So the world is this ordered system of ideologies that is against God and His purposes.
The world can appear to be very intellectual, very sophisticated, very alluring, even very religious and at the same time anti God, anti Christ and they are not too crazy about His followers either. So we are in it but not of it. In verses 3-4 we notice the relationship with Jesus Christ to the world. “And this is eternal life, that they may know You, the only true God, and Jesus Christ whom You have sent. I have glorified You on the earth. I have finished the work which You have given Me to do.”

Jesus Christ saw the world as a stopping-off point in which to do His Father’s work and then He is out of here. So He was in this world but not of it because He was sent to do a specific task. “I have finished the work You have given me to do”. It is the same with us. Why is it if we know that this world is so temporary, that we have become so occupy with it? “..they are not of the world, just as I am not of the world.” (v.14). It is sort of like a scuba diver who needs a special equipment in order to survive in the water. So unless we know our position with this world, in it but not of it, we are going to drown. Why? Because in verse 14 Jesus says, “.. the world has hated them because they are not of the world, just as I am not of the world.” An occupational hazard of following Jesus Christ is that they are going to treat you based on their view on God. If they don’t like God and you represent Him, they are not going to like you. Therefor, knowing will help us rescue them.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Sunday, October 31, 2010 3 komentar

John 17:14 – Jesus continues this prayer: “I have given them your word and the world has hated them because they are not of the world just as I am not of the world. I do not pray that You should take them out of the world but You should keep them from the evil one. They are not of the world just as I am not of the world, sanctify them by your truth, Your word is truth. As you sent me into the world, I also have sent them into the world.”

You see, we are sent, we have a job to do, we are on a mission from God. A rescue operation. The church is not to become a “bless me” club. It is not a place where we come, feel good, and get pampered. Though I think we should feel good when we gather together with God’s people. And God does love to lavish His grace upon us. But we exist in this world not just to radiate the glory of God, not just to reveal His truth, but also to rescue His enemies. Those who are at enmity with God because of their sin.

Somebody once said that church is the only society on earth that exists for the benefit of non members. Jesus even taught His disciples not to focus on themselves. He said, “Behold, I say to you, lift up your eyes and look at the fields, for they are already white for harvest! (John 4:34-36). In other words, they are ready to be picked, they are ready to be rescued. But so often churches turn inward rather than outward. It becomes all about us rather than the needy world. Jesus says to His disciples, “Go into all the world..” We have sort of changed that mandate into “come” rather than going out to them.
I believe that there is a healthy pattern of Christian growth, that is: saved, serving, sent. We get saved, we are excited, we enjoy the benefits of salvation, it’s great to get into the word, it’s great to meet new people, discover all the love that God has for us and what He is going to do for us. But after a while, after having somebody feed us all the time, we now want to discover our gifts and get involved in our local church and serve in some capacity,
we want to give out.
But then there is another element to that. We see the world around us and we realize that they need the family too, they need to belong as well, they need salvation and that takes us out because we discover that our Father has a bigger plan than just for us. One author put it this way, “Christian maturity is being a responsible sons or daughters of God. I think the mature Christians are people who stop being concerned about their own needs and have entered into the global vision of their Father so that they transform a hurting world to accomplish the aim of the Lord’s prayer, Your kingdom come, Your will be done, in earth as it is in heaven. It is like a son who is being brought into the family business. Instead of racing fast cars and running around with girls, he finally buckles down and says: Dad, I’m a part of it now, it’s my business too and I’m going to work hard and undertake the burden of this work.”
So the church is called to rescue the enemies of God. “Father as You sent me into the world, I sent them into the world”. How do we do it? How do we go about rescuing people who are at odds with God? There are three ways in this chapter:
1. By knowing something
2. By growing in something
3. and then by going.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Sunday, October 24, 2010 0 komentar

We all suffer from concepts of what church is to be, what church is to do, how church is to act. The wrong concept that people have is that a church is a place where people meet rather than a group of people that gather at a place. That is more than just semantics, there is a big difference.

Because if we start seeing the church as a place where people meet, then we are going to always be looking for the right kind of place that suits us. But if we start seeing the church as a group of people, selected out of the world by Christ, then we are going to be evaluating what kind of people are we to become for the glory of God. It is not a place, it is a group of people. But as people, we must be not only believers but belongers. We belong to a group of people growing together.

But what does Jesus want His church to be?
In John 17, there are four things that Jesus prays for us, the church,
what He wants us to become.
In Part-one. I mentioned two of them, That is:
1. The church should radiate the glory of God.
That is, we are to ever pointing to God, to Jesus. It is not about us, it
is about Him, our relationship with Him. Our love and obedience for
Him. That is our first priority.


2. The church should reveal the truth of God.
Jesus says, “I have manifested them your word.”
So as we gather, we are always centering what we do around the
revelation of Jesus Christ through the word of God.
There are two more things that the church ought to do,
ought to be, ought to become:
3. The church should rescue the enemies of God.
4. The church should rally around the love of God.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Wednesday, October 13, 2010 0 komentar

Pernahkan kamu merasa begitu sepi… sendirian…tak seorangpun yang mengerti perasaanmu? Maukan kamu memiliki sahabat yang selalu mendampingi, setia, dan siap menolongmu?

Kamu bisa berjumpa dengan seorang Sahabat seperti itu… saat ini juga!! Ya, sekarang!! Saat kamu membaca buku ini…. Sahabat itu bernama….YESUS. Dia telah menulis “surat cinta” bagimu. Surat itu berisi segala sesuatu tentang Dia…dan segala usahaNya untuk menjadi sahabatmu. Bahkan. bagian yang paling pribadi dari surat itu, sekarang ada di tanganmu.



Dia ingin selalu bersamamu, tetapi Dia tidak bisa tinggal di tempat dimana ada dosa. Tiap kali kita berdusta….melakukan perbuatan yang salah….dan berpikiran jahat….kita semakin hanyut menjauhiNya. Ingat…ingat… Yesus tidak bisa tinggal dimana ada dosa.

Tapi… Yesus mengasihi semua manusia di dunia sebagaimana adanya. Dan, kasihNya tetap sama sampai hari ini!! Bahkan. sekalipun manusia bergelimang dosa!!!

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan PuteraNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16)

Dalam suratNya, Dia berbicara tentang kasih. Seseorang dikatakan memiliki kasih yang besar bila ia rela mati bagi yang dikasihinya.. “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang sahabat yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:13)

Itulah yang Yesus lakukan bagi kita. Mengapa Dia rela mati? Karena Dia mau menunjukkan betapa besar keinginanNya untuk menjadi sahabat kita. Yesus memutuskan untuk menanggung hukuman dosa kita…dosamu….dan dosaku….

Dosa harus dihukum, dan Yesus telah menanggungnya. Sehingga, kita yang berdosa dapat diampuni tanpa harus membayar harga yang dituntut, yaitu kematian. Allah akan memperlakukan kita sebagai seorang yang tidak berdosa, dan Yesus akan menjadi Sahabat kita selamanya.

Namun, Yesus tidak saja mati untuk kita, tetapi juga bangkit untuk agar kita beroleh hidup di dalam Dia untuk selama-lamanya. Dalam suratNya, Dia berkata, “Di rumah BapaKu ada banyak tempat tinggal… Aku akan pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu… Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat dimana Aku berada, kamupun berada…” (Yohanes 14:2,3) Itulah yang dimaksudkanNya dengan hidup yang kekal.

“Barangsiapa percaya kepada Yesus, ia beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Bagaimana Dia dapat menjadi sahabatmu agar kamu beroleh hidup yang kekal? Caranya mudah!! Sebab, dalam suratNya, Dia memberitahukan langkah-langkah ini:

Pertama, sadarilah bahwa kamu adalah orang yang berdosa yang akan dihukum secara kekal, dan tidak sanggup menolong dirimu sendiri.
Kedua, percayalah bahwa Yesus telah mati, mati untuk menanggung hukuman dosa-dosamu.
Ketiga, akuilah dosa-dosamu dan mohon pengampunan dari Dia, serta bertekadlah untuk tidak kembali kepada kehidupan yang berdosa.
Keempat, undanglah Yesus menjadi sahabatmu untuk memimpin kehidupanmu.

Jadi, lakukanlah langkah-langkah ini sekaran!!! Saat ini juga, dan terimalah hidup kekal itu…Amin

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Wednesday, September 22, 2010 0 komentar

“Siapa yang akan kunikahi?” “Karir apa yang harus kupilih?” “Dimana kami akan tinggal?” “Apa yang terjadi bila aku mati?” “Besok, besok saja kita selesaikan…” “Memang kita menguasai hari esok, masa depan??” Apa jadinya besok, tidak kita ketahui bung!!” Pokoknya santai dulu aahhh…., urusan besok ya besok….” . Inilah gaya hidup manusia dewasa ini.

Media massa menyuarakan pendapat para ahli ilmu pengetahuan. Bumi kita sakit. Lapisan ozon sudah robek besar. Penggundulan dan kebarakan hutan, erosi dan polusi mengancam tata hidup makhluk hidup. Dan manusia tenang-tenang saja menghancurkan ekosistem kita.

Contoh lain, para dokter sudah ramai membicarakan bahaya merokok, namun para perokok masih enak menghisap rokok mereka. Mengapa??

Karena manusia menginginkan kenikmatan dan kepuasan sesaat. Mereka tidak mau berpikir tentang hari esok dan semua akibatnya. Sebenarnya, mengintip masa depan merupakan kegemaran banyak orang. Ramalan bintang dalam majalah sering dilahap dengan penuh semangat. Tetapi cara terbaik untuk mempersiapkan diri demi masa depan adalah sebagai berikut:

Hiduplah sedemikian rupa hari ini, agar besok saudara tak akan menyesal. Bukan saja dalam hal-hal yang hebat, perkara-perkara yang penting, dan besar-besar. Saudara juga harus mengatur soal-soal kecil dan sederhana pula. Karena sangat penting masalah kecil hari ini menentukan suatu yang besar di masa depan.

Tentu saja ada hal-hal yang tidak bisa kita kuasai. Sekalipun demikian, kalau kita memfokuskan perhatian pada hal-hal yang bisa kita kuasai, misalnya sikap kita, teman-teman yang kita pilih, kesediaan belajar atau bekerja sesuai dengan potensi dan kemampuan kita, maka kita dapat lebih pasti menapaki masa depan.

Mungkin satu hal yang tidak bisa kita atur oleh manusia adalah kematian. Namun, dengan mempercayakan diri kepada Tuhan, kita bisa merasa pasti bahwa Tuhan memegang masa depan kita. Semua ada dalam pengetahuanNya. Tuhan menguasai segalanya. Kalau kita mengikut Yesus dan ajaranNya, kita dapat berpegang pada janjiNya yang pasti dan benar, “ Aku akan menyertaimu sampai kepada akhir zaman…”

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Tuesday, September 21, 2010 0 komentar

Seorang pujangga mengibaratkan hidup manusia bagaikan jam yang berdentang. Sekali per-nya diputar, suatu saat akan berhenti berdetik. Mungkin di tengah malam, rembang petang, sore, siang, atau bahkan pagi hari. Umumnya manusia tidak tahu kapan waktunya, namun satu hal sangatlah pasti: setiap orang mengalaminya.

Orang muda biasanya kurang peduli akan kematiaannya…. “Saya sih masih punya waktu lama….itu pasti akan kena orang lain dulu… Rasanya aku masih jauh sih…” Sesekali memang terpikir…. saat mendengar kematian kenalannya yang berusia masih muda… atau bayi yang baru dilahirkan. Memang, kita tak perlu terlampau takut atau kuatir. Namun, sangatlah indah untuk memaklumi apa yang ada dibalik tirai misteri itu.


Kematian jasmani berarti berhentinya fungsi jantung, kerja otak, serta semua alat tubuh stop bergerak. Lalu, apa gerangan yang terjadi sesudah kematian??..... banyak orang sering mereka-reka.

Bagaimana nasib kita sesudah kematian sangat tergantung pada bagaimana kita menjalani hidup kita di dunia ini bersama Tuhan. Yesus pernah berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup. Siapa yang percaya kepadaKu, walaupun ia mati…pasti akan dihidupkan!!!”. Kitab Suci menegaskan bahwa Yesus berkuasa menghancurkan segala kuasa dosa dan kematian akibat dosa manusia. Pernyataannya tegas sekali, “Yang menerima Yesus, akan memperoleh hidup!!!”. Bila maut menjemput kita, bukan saja kita akan beroleh hidup, namun juga beroleh tubuh yang baru di dalam kemuliaan.

Kadang-kadang ada saja yang mencoba untuk berhubungan dengan arwah-arwah. Ini perbuatan yang salah dan dapat mencelakakan. Sebab, yang disebut “arwah”, sebenarnya adalah kuasa setan yang menampilkan diri dalam rupa arwah dari orang yang kita kenal. Bila kita biarkan hubungan-hubungan semacam ini berkelanjutan, setan akan senang, karena ia berhasil semakin memikat kita dan menjauhkan kita dari Tuhan. Lantas… ketika waktunya tiba setan akan menguasai seluruh keberadaan manusia itu.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Sunday, September 19, 2010 0 komentar

“Siapa bilang dunia ini adil??” Berbuat baik….diperlakukan baik…Menabur kebenaran….menuai kejahatan…Jadi, bagaimana?? Biasanya cetusan-cetusan tersebut diungkapkan dengan wajah muram sambil menggeleng-gelengkan kepada. Memang…. Lingkungan kita tidak adil…. Dalam semua aspek kehidupan. Jadi, bagaimana?

Menghadapi keadaan ini, ada beberapa tanggapan yang dapat kita pilih untuk dilakukan.
1.Marah…. Protes… berontak…. dan berunjuk rasa
2.Pasrah…. menyerah…. dan menjadi korban dari ketidakadilan
3.Cuek…. acuh…. dan berkata: “Bodo amat…emangnya gue pikirin?”
4.Berdiam diri….merenung…dan bertanya dalam hati, “Bagaimana ya rasanya bersikap dan bertindak dengan benar dalam situasi seperti ini”

Kira-kira 2000 tahun yang lalu, ada seorang pemuda yang sering diperlakukan tidak adil. Ironisnya, Ia seorang pejuang keadilan dan kebenaran. Namun, Ia memperjuangkannya bukan dengan kekerasan, tetapi dengan kasih. Ia mengajarkan prinsip hidup yang sungguh mengagumkan. KataNya, “Kasihilah mereka yang berlaku tidak adil kepadamu dan …. doakan mereka!” KataNya lagi, “Kalau engkau hanya berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu, apa keistimewaannya??” Kalau engkau hanya sayang kepada orang yang menyayangimu, apa luar biasanya? ….Tidak!! Tapi, saat orang berlaku tidak adil padamu, engkau harus tetap berbuat baik dan mengasihinya.” Bahkan….ketika ia dijatuhi hukuman mati secara tidak adil, Ia tetap mempraktekkan prinsip kasih tersebut. Dalam keadaan sekaratpun, Ia berseru, “Ya Allah, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Orang muda itu adalah Yesus.

Memang dalam dunia ini kita tidak akan memperoleh keadilan yang sempurna. Namun, kita harus tetap memperjuangkannya. Karena sekecil apapun hasilnya, tetap bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Dan…. keadilan itu harus diperjuangkan dengan prinsip kasih. Karena jika tidak, justru dapat merusak kesejahteraan manusia. Kalau demikian, kapan kita akan memperoleh keadilan yang sempurna?? Yesus berjanji, bahwa keadilan yang sempurna akan kita nikmati bersama dengan Dia dalam kehidupan Kekal yang akan datang.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR 0 komentar

Tidak banyak orang yang mampu memutuskan secara benar menghadapi masa depannya. Bahkan semua orang pernah menghadapi kesalahan dan kegagalan dalam memutuskan sesuatu. Tidak ada yang salah dalam hal itu. Kita bukanlah mahluk yang sempurna. Tetapi bagaimana pun, setiap orang bisa dan mampu untuk menghadapi hidupnya sendiri.

Mampu menghadapi kenyataan yang telah dan sedang terjadi. Dan tidak melarikan diri dari kenyataan hidupnya. Sebab penderitaan adalah milik semua orang yang hidup. Hanya dalam keberanian menghadapi dan menerima segalanya secara apa adanya sajalah kita bisa berdiri tegak dan mengangkat nilai kita sebagai seorang manusia. Bukankah di depan Tuhan, Sang Pencipta, kita semua memiliki nilai yang sama? Hanya, tentu saja, talenta yang diberikan kepada kita dapat berbeda-beda. Maka kemampuan kita dalam mempergunakan talenta itu saja yang akan dimintakan pertanggung-jawabanNYA kelak. Maka nilai seseorang manusia ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan oleh orang lain. Dan tak seorangpun punya hak untuk memberikan nilai kecuali Dia yang menyayangi kita. 

Sebab bukankah Yesus sendiri telah memberikan teladan yang menarik dalam menentukan nilai hidup ini? Yesus, yang sesungguhnya menurut pandangan manusia, telah gagal karena dijadikan terdakwa, divonis mati dan dengan tubuh yang nyaris telanjang, tergantung di atas kayu salibNya. Siapakah yang bisa menilai bahwa Dia telah berhasil melihat kenyataan yang pahit itu? Kalah dan tewas dalam usia yang masih teramat muda, sebagai terhukum pula. Bagaimanakah kita mampu menilai diri seorang manusia Yesus selain dari kekalahan dan kegagalan. Tidakkah tragis? Dia, yang Sang Putera yang amat disayangi dari Bapa yang Maha Kuasa, saat itu nampak memilukan. Lemah, tidak berdaya dan bahkan dengan sedih berseru: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani” (Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?). Betapa pahitnya hidup ini. Betapa tidak bernilainya harapan itu, karena pada akhirnya, tak ada yang sanggup membantuNya untuk tetap hidup. Yesus telah gagal. Dan mati dengan hina. Hina. 

Tetapi, ah tidak! Ternyata kekalahan, kegagalan dan ketidak-berartian itu tidak berarti bahwa kita sungguh-sungguh telah kalah. Karena dalam kekalahan dalam menghadapi realitas itulah sesungguhnya yang telah memenangkan ke-Tuhan-an Kristus. Dia telah kalah di tangan manusia. Dia takluk di dalam dunia realitas. Tetapi justru karena itu, Dia bangkit dan hidup di dunia ke-Agung-an Bapa. Maka sahabatku, menilai seorang manusia janganlah dari sudut pandang manusia pula. Marilah kita menilai diri sendiri dengan lebih obyektip. Lebih utuh. Dengan berjuang menerima, menghadapi dan mengubah apa yang telah dan sedang kau alami saat inilah sesungguhnya terletak esensi hidupmu. Bahkan pun, jika kelak kau sungguh kalah, itu hanyalah penilaian dari dunia manusia yang penuh dengan kesalahan. Penilaian dari Tuhan akan lain. Akan lain sama sekali. Yakinlah.



Gerimis memasuki senja. Di luar, beberapa lampu mulai menerangi jalan yang basah. Pantulannya membiaskan warna-warni yang cemerlang dalam suasana yang mulai kelam. Tak ada sesuatu yang bergerak lagi di luar. Tak ada lagi kumpulan burung gereja yang tadi nampak. Angin pun diam. Dahan, ranting dan dedaunan cemara diam. Segalanya tenang. Dengan perlahan dia berbalik menghadapiku. Dengan seulas senyum tipis, dia berkata, Tuhan memberkatiku. Tuhan memberkati dunia ini. Tuhan memberkati segala-galanya. Dia membuat segalanya indah pada waktunya. Ya, segalanya indah pada waktunya. Bukankah begitu…? Pdk. Renungan

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Tuesday, September 14, 2010 0 komentar

Hentikan sejenak aktivitasmu dan lihatlah sekeliling…..dunia kita benar-benar sakit. Di awal tahun 1986, PBB mencanangkan tahun itu sebagai ‘tahun perdamaian dunia’. Namun, di akhir tahun itu, tercatat ada lebih dari seratus peperangan.

Belum lagi lingkungan fisik yang makin parah, lapisan ozon menganga, virus-virus aneh yang mematikan seperti Lassa, Hanta, Ebola, Marburg, Machupa dan segudang nama aneh lainnya. Sementara itu, hampir seratus juta penduduk Indonesia hidup mendekati garis kemiskinan. Empat puluh juta kekurangan pangan. Di tahun 1998 saja, ada 15 juta pengangguran dan 8 juta anak putus sekolah. Demikian banyak yang kurang gizi, jumlah anak jalanan naik tiga kali lipat….sistem moneter amburadul….krisis…..dan penderitaan semakin parah.


Tak heran, istilah “depresi” jadi popular. Apa sih sebenarnya DEPRESI itu? “Perasaan yang sama sekali tak bahagia, kesepian yang mendalam, perasaan tertolak, yang mengakibatkan kita malas beraktifitas….” Para ahli mengemukakan beberapa penyebab depresi:
1.Kehilangan orang atau benda yang sangat disayang
2.Perasaan tak berdaya
3.Pandangan yang sangat jelek tentang diri sendiri
4.Pengalaman buruk (musibah/kecelakaan) yang beruntun
5.Gagal…melulu…

Anehnya, mereka yang sedang sukses juga bisa mengalami depresi. Contohnya, ada Negara adidaya yang rakyatknya sangat makmur, ternyata hampir 1/3 penduduknya rentan depresi. Para ahli pun berusaha memberikan jalan keluarnya. Kata mereka:
1.Konsultasikan masalahmu dengan orang yang mau mengerti
2.Paksa dirimu melakukan kegiatan-kegiatan yang kamu suka
3.Berpikir dan bersikaplah positif
4.Evaluasi tujuan hidup dan cita-cita yang ingin kamu capai


Repotnya, para ahli tersebut kemudian berbicara dengan suara pelan, “MUDAH-MUDAHAN ya… hal-hal ini bisa mengurangi depresimu…Sedangkan untuk lepas sama sekali…..yah rasanya susah, sih…” ASTAGA!!

“Di dalam lubuk hati manusia ada kekosongan yang tak’kan pernah dipuaskan dengan apapun juga kecuali oleh PenciptaNya”. Ungkapan semacam ini pernah dilontarkan oleh Pascal.



Itulah sebabnya, Yesus berkata, “Marilah kepadaKu semua yang letih, lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Monday, September 6, 2010 0 komentar

Anda bisa fokus pada tujuan-tujuan Anda, atau Anda bisa fokus pada masalah-masalah Anda. Jika Anda fokus pada masalah, Anda akan menjadi orang yang berpusat pada diri sendiri: yaitu “masalah saya, hidup saya,sakit saya”. Tapi salah satu jalan termudah untuk keluar dari rasa sakit, adalah mengalihkan fokus Anda dari diri sendiri kepada orang lain dan Tuhan.

Saya menyadari bahwa meskipun ratusan ribu orang berdoa untuk Istri saya, mungkin Tuhan tidak akan menyembuhkan Kay atau membuatnya jadi mudah bagi dia. Karena rencana Allah bukan rencana kita, Penyakit ini telah sangat menyusahkan kami,namun Tuhan telah memperkuat karakternya, memberikannya pelayanan untuk menolong orang lain, memberikan dia sebuah kesaksian, menarik dia mendekat pada Tuhan dan orang lain. Anda harus belajar cara mengatasi hal yang baik maupun yang buruk dalam hidup Anda. Sebenarnya, kadang- kadang, belajar untuk mengatasi hal yang baik bisa lebih sulit. Misalnya, tahun terakhir ini tiba-tiba saja saat buku tersebut terjual 15 juta kopi, saya menjadi sangat kaya mendadak. Hal ini juga memberikan saya ketenaran yang tidak pernah harus saya hadapi sebelumnya. 

Menurut saya, Tuhan tidak memberikan kita kekayaan dan ketenaran untuk ego kita sendiri atau supaya hidup kita menjadi enak, melainkan mesti dibagikan kembali untuk menjadi berkat buat sesama. Jadi saya mulai bertanya kepada Tuhan apa yang Dia ingin saya lakukan dengan uang, ketenaran, dan pengaruh ini. Tuhan berikan pengertian kepada saya, dan akhirnya saya membuat keputusan untuk : Pertama-tama, walaupun banyak uang yang mengalir masuk, kami tidak akan mengubah gaya hidup kami sedikitpun. Kami tidak membeli barang-barang mewah. Kedua, kami mendirikan organisasi yang disebut The Peace Plan untuk pelatihan pemimpin,pertolongan bagi yang miskin, pengobatan bagi yang sakit, dan pendidikan bagi generasi penerus. Ketiga, saya mengakumulasikan seluruh gaji saya selama 24 tahun terakhir dan mengembalikan semuanya. Sungguh membebaskan saat saya bisa melayani Tuhan secara gratis. Kita perlu menanyakan pada diri sendiri: Apakah saya akan hidup untuk harta? Kepopuleran? Kenikmatan? Apakah saya akan digerakkan oleh tekanan? Rasa bersalah? Kepahitan? Materialisme? .. Atau apakah saya akan digerakkan oleh tujuan Tuhan (bagi hidup saya)? Saat saya bangun di pagi hari, saya duduk di tepi tempat tidur dan berkata, “Tuhan, jika saya tidak berhasil menyelesaikan apa-apa hari ini, saya ingin mengenal Engkau lebih lagi dan mengasihi Engkau lebih baik.” Tuhan tidak menaruh saya di bumi hanya untuk memenuhi satu daftar tugas. Tuhan lebih tertarik dengan siapa diri saya daripada apa yang saya lakukan. Itulah sebabnya kita disebut “human beings” (manusia yang “ada”) dan bukan “human doings” (manusia yang “melakukan”). 

Saat-saat bahagia, memuliakan Tuhan...
Saat-saat susah, cari Tuhan...
Saat-saat tenang, sembah Tuhan...
Saat-saat gelisah, percaya Tuhan...
Setiap saat... bersyukur pada Tuhan!

Tuhan mengasihimu. Tuhan lebih tertarik untuk mengubah hidup Anda menjadi kudus daripada membuat hidup Anda bahagia.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Thursday, August 26, 2010 0 komentar

Di bawah ini adalah wawancara singkat yang luar biasa dengan Rick Warren, penulis buku “Purpose Driven Life” dari Saddleback Church di California. Ini merupakan perenungan Rick Warren ditengah istrinya yang sedang menderita kanker saat ini dan saat dimana dirinya menerima kekayaan yang luar biasa dari penjualan buku tersebut.

Di dalam wawancara oleh Paul Bradshaw dengan Rick Warren, Rick berkata: “Orang-orang bertanya kepada saya, apa tujuan dari hidup? Dan saya menjawab: Secara sederhana, hidup adalah persiapan untuk kekekalan. Kita diciptakan untuk kekekalan, dan Allah ingin kita bisa bersamaNYA di surga. Suatu saat nanti, jantung saya akan berhenti, dan itu berarti kesudahan dari tubuh saya -- tapi bukan berarti akhir dari kehidupan saya. Saya mungkin telah 60 sampai 100 tahun di bumi, tetapi saya akan menghabiskan triliunan tahun di kekekalan. Hidup masa sekarang hanyalah suatu pemanasan. - rehearsal (satu latihan sebelum pertunjukan sesungguhnya, tapi latihan tersebut dilakukan seperti pertunjukan sungguhan). Tuhan ingin agar kita mempraktekkan di bumi hal-hal yang akan kita lakukan selamanya di kekekalan.  



Kita diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan, dan sebelum Anda bisa mengerti dan menerima hal itu, hidup tidak akan masuk akal. Hidup terdiri dari serangkaian masalah: Apakah Anda sedang berada di dalam salah satunya sekarang, atau Anda baru saja keluar dari salah satu masalah,atau Anda sedang bersiap memasuki masalah yang lain. Alasan dari semuanya ini adalah bahwa Tuhan lebih tertarik dengan karakter Anda daripada kenikmatan Anda. Tuhan lebih tertarik untuk mengubah hidup Anda menjadi kudus daripada membuat hidup Anda bahagia. Kita dapat menjadi sangat bahagia di bumi ini, tapi itu bukanlah tujuan dari hidup. Tujuan hidup adalah untuk bertumbuh di dalam karakter. Tahun terakhir ini telah menjadi tahun terbaik dalam hidup saya, dan juga tahun terburuk dengan istri saya, Kay (istrinya) didapati menderita kanker. Dulu saya berpikir bahwa hidup terdiri dari gunung dan lembah - Anda melalui saat-saat gelap, kemudian mengalami saat-saat puncak, bergantian secara berulang-ulang. Saya tidak lagi percaya hal itu sekarang. Bukannya hidup terdiri dari gunung dan lembah,melainkan saya percaya bahwa hidup adalah seperti dua sisi kiri dan kanan dari sebuah jalur kereta, yang mana Anda akan mengalami hal yang baik dan buruk secara bersamaan di setiap waktu. Tidak peduli betapa baiknya hidup Anda, selalu ada hal buruk yang Anda perlu atasi. Dan tidak peduli betapa buruknya hidup Anda, selalu ada hal baik yang Anda bisa ucapkan syukur bagi Tuhan. Daniel Messah

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Wednesday, August 25, 2010 0 komentar

Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam, semetara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya. Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun dan ditutup karena berbahaya, jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekopi tanah ke dalam sumur.

Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya. Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekopsekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu. Sementara tetangga-2 si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga menguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri !
Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari ‘sumur’ (kesedihan, masalah, dsb) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran, dan hati kita) dan melangkah naik dari ‘sumur’ dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan. Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari ‘sumur’ yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah ! Guncangkanlah hal negatif yang menimpa dan melangkahlah naik !!! Seseorang telah mengirimkan hal ini untuk kupikirkan, maka aku meneruskannya kepadamu dengan maksud yang sama. GUNCANGKANLAH !!!!




“Entah ini adalah waktu kita yang terbaik atau waktu kita yang terburuk, inilah satu-satunya waktu yang kita miliki saat ini !” Daniel Messah

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Monday, August 23, 2010 0 komentar

Waktu Keberangkatan / Departure Time Tanggal tepatnya tidak diumumkan. Penumpang dinasihatkan untuk siap sedia berangkat dalam waktu singkat. Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasaNya. (Kis 1:7)


Jalur Udara 
Penumpang akan diberangkatkan langsung lewat udara dinasihatkan untuk berjaga-jaga setiap hari karena ada indikasi keberangkatan mendadak. Kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan-awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama lamanya bersama sama dengan Tuhan (1Tes 4:17)
Tiket / Ticket
Tiket anda adalah jaminan tertulis yang memberi jaminan perjalanan anda. Harus diklaim dan janji2nya  dipegang teguh. Barang siapa mendengar perkataan Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai kehidupan yang kekal dan tidak turut dihukum. Sebab ia sudah pindah dari maut kedalam hidup  (Yoh 5:24)
Barang-barang Bagasi / Baggage Allowance Tidak ada satupun barang yang dapat dibawa. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa2 keluar. (1 Tim 6:7)
Akomodasi / Accomodation
Persiapan2 untuk akomodasi kelas utama telah dibuat sebelumnya. Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal... Aku pergi kesitu untuk menyediakan tempat bagimu (Yoh 14:2)
Paspor / Passport
Mereka yang hendak masuk tidak diijinkan lewat pintu gerbang tanpa identitas yang jelas dan nama terdaftar pada Pejabat Berwenang yang berkuasa. Tetapi tidak akan masuk kedalamnya sesuatu yang najis.....tetapi hanya mereka yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba itu Wahyu 21:27)
Pabean / Custom
Hanya satu deklarasi yang diperlukan ketika melewati kepabeaan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan (Rom 10:9)
Imigrasi / Immigration
Seluruh penumpang digolongkan sebagai imigran karena merasa akan mulai tinggal tetap di Negara baru, jumlah tidak dibatasi.Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi.. karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka (Ibrani 11:16).

Ditulis oleh GKPS DENPASAR 0 komentar

Lembaga perkawinan merupakan institusi manusia pertama yang ada di dunia. Sayangnya, hal ini tidak berarti bahwa semua orang memahami tujuan perkawinan dengan cara yang sama. Ketidaktahuan tentang tujuan pernikahan inilah yang menyebabkan manusia memiliki sikap yang seragam terhadap perkawinan. Berikut sepuluh hal menurut Alkitab yang dapat dilakukan.
Download Artikel
1. Jangan marah pada waktu yang sama (Efesus 5:1)
2. Jangan berteriak pada waktu yang sama, kecuali rumah kebakaran (Matius 5:5)
3. Kalau bertengkar cobalah mengalah untuk menang (Amsal 16:32)
4. Tegurlah pasangan Anda dengan kasih (Yohanes13:34-35)
5. Lupakanlah kesalahan masa lalu (Yesaya 1:18, Amsal 16:6)
6. Boleh lupakan yang lain, tetapi jangan pasangan Anda (KidungAgung 3:1-2)
7. Jangan menyimpan amarah sampai matahari terbenam (Efesus4:26-27)
8. Seringlah memberikan pujian kepada pasangan Anda (KidungAgung 4:1-5,5:9-16)
9. Bersedia mengakui kesalahan (1 Yohanes 1:9)
10. Dalam pertengkaran,yang paling banyak bicara dialah yang salah (Matius5:9)
 
“Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.” ( Kolose 3:18 )
“Hai suami-suami, kasihilah istrimu dan jangan kasar terhadap dia.” ( Kolose 3:19 )
Kiriman: Daniel Messah

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Friday, August 20, 2010 0 komentar

Yang Ilahi (Allah), Manusia, dan Kosmos (semesta) merupakan tiga dimensi atau struktur dasar yang membentuk realitas. Meminjam istilah Raimundo Panikkar yang menyebut struktur ini sebagai Prinsip Kosmotheandrik. Ketiga struktur ini berhubungan secara tak terpisahkan, meskipun demikian, dimensi yang satu tak dapat direduksi kepada yang lainnya. Dengan perkataan lain, Allah adalah Allah, bukan manusia atau semesta, Manusia adalah manusia, bukan Allah dan bukan dunia, dunia adalah dunia, bukan Allah atau manusia. Ketiganya berhubungan secara dialektis, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Tak satupun dari tiga dimensi ini dapat dipahami tanpa dua dimensi yang lain.

Allah tak pernah mungkin dipahami tanpa manusia dan ciptaan. Manusia tak akan bisa dipahami tanpa Allah dan dunia, demikianpun dunia tidak akan ada tanpa Allah dan manusia. Allah, manusia, dan dunia merupakan symbol yang unik dari realitas yang sempurna. Dunia bukan hanya menampakkan kemuliaan Allah, tetapi juga dunianya manusia. Allah bukan saja Allahnya manusia, tetapi juga Allah bagi dunia. Melihat uraian di atas kita dapat mengatakan bahwa hubungan ketiga dimensi tersebut adalah hubungan yang trinitarian dan non-dualistik. Visi kosmotheandrik membutuhkan kesadaran dari manusia untuk melihat dan menerima pengalaman keberbedaan dalam kerangka kosmotheandrisme. Berdasarkan visi kosmotheandrik ini kita bisa membangun suatu wahana dialog yang dapat mempertemukan setiap tradisi religius yang berbeda dalam satu pemahaman dan sikap saling menerima realitas keberbedaan itu sendiri. Agama-agama adalah dimensi-dimensi spiritual yang berbeda-beda, tetapi pada saat yang sama merupakan satu kesatuan ontologis. Semuanya berada dalam hubungan saling menyuburkan, mendukung, dan menghidupkan sekaligus pada saat yang sama adalah satu di dalam Allah. 

Visi kosmotheandrik ini tidak mengizinkan setiap realitas yang berbeda mempertahankan perbedaan-perbedaan mereka ataupun mengusahakan kesatuan total dan abadi, tetapi sebaliknya memberikan inspirasi untuk melihat bahwa dalam visi ini realitas itu ‘bukan ini atau itu’, tetapi ‘ini maupun itu’. Artinya bahwa realitas plural tak dapat diterima sebagai kekuatan-kekuatan yang berbeda dan bertentangan dan juga tak boleh dipahami sebagai penerimaan ke dalam kesatuan yang artifisial. Hubungan tersebut harus dibangun secara unik dan baru di mana realitas itu dilihat secara tak terpisahkan, tak terbagi, dan masih dalam harmoni yang utuh. Dalam Kristianitas hubungan yang unik dan baru dibangun dalam Yesus Kristus sebagai Allah dan manusia secara utuh dan yang bekerja sama untuk kepentingan seluruh ciptaan. Di dalam Kristus ketiga dimensi, yaitu Allah, manusia, dan dunia bertemu dan mewujudkan kesatuan. Kristus menjadi dasar dari pertemuan dan kesatuan dari keberbedaan. (Sylvester KanisiusL./St. Priscilla).

Ditulis oleh GKPS DENPASAR 0 komentar

Beberapa orang peminta-minta di lampu lalu lintas (traffic light) tampak sedang “bekerja”: mohon belas kasihan dari para pengendara mobil. Dari mobil yang satu, ke mobil lain mereka berjalan. Ada pengendara yang memberi, ada juga yang tidak memberi. Saat ada yang memberi kadang ada yang bersyukur, berterima kasih. Ada juga yang berdoa semoga yang memberinya diberi rezeki yang banyak, keselamatan dalam perjalanan dll. Kalau tidak diberi ada yang menggerutu, mengumpat: ada yang dikeluarkan dalam kata-kata, ada pula yang hanya dalam hati.

Kata-kata yang dikeluarkan sangat bervariasi, tergantung karakter dan kebiasaan mereka. Mulai dari “dasar pelit, koret”, sampai kata-kata lain yang mungkin tak perlu diuraikan di sini. Para pengamen itu ada juga yang berpindah-pindah dari satu mobil ke mobil lain atau ada pula yang mengamen di dalam bis. Setiap orang berhak untuk memberi atau tak memberi, tanpa harus mendapat umpatan kalau tak memberi. 

Namun dalam peristiwa ini sebenarnya yang perlu kita perhatikan adalah apakah kita sering melakukan hal serupa bila permohonan kita tidak dikabulkan oleh Tuhan: kita menjadi kecewa dan iri hati pada orang lain yang mendapatkan apa yang diinginkan? Apakah kita sering marah dan kecewa pada Tuhan, karena kita telah lama memohon pada Tuhan atau bila ternyata permintaan yang dikabulkan itu tidak sesuai dengan keinginan kita? Terkadang kita tak tahu bahwa Tuhan sangat mengasihi kita sehingga memberi jalan keluar untuk menyelamatkan kita lewat “peristiwa” yang terkadang tidak kita inginkan, dan baru kita sadari - kelak - setelah semua peristiwa itu berlalu. Kadang pula kita merasa mendapat pencobaan, namun yakinlah, Tuhan tak akan mencobai melebihi kemampuan kita, karena Tuhan sangat mengasihi kita sampai mengorbankan Putra-Nya untuk menebus dosa-dosa kita. 

Mungkin saat ini ada di antara kita yang sedang mengalami cobaan dan sedang bergumul, berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan kekuatan sendiri. Sebaiknya, biarkanlah Tuhan campur tangan dalam kehidupan kita, karena yakinlah Kristus mengasihi kita. Mungkin terasa pedih, pahit, namun yakinlah, Kristus akan memberikan yang terbaik, terindah, walaupun ada milik kita yang harus kita serahkan pada Tuhan. Ada baiknya kita sering saling mendoakan, agar kita selalu dikuatkan dan tabah menghadapi masalah di hadapan kita. Haleluya, syalom... (dr. Ernomo A.S./St. Marcella)

Ditulis oleh GKPS DENPASAR 0 komentar

Jika Anda merasa kesulitan untuk mengetahui apa yang perlu ditulis di buku harian, cobalah menjawab beberapa pertanyaan berikut:
• Apakah isi ayat-ayat ini?
• Bagaimana penerapannya pada diri saya?
• Bagaimana saya dapat menerapkannya hari ini?
• Adakah seseorang yang membutuhkan pesan dari ayat ini?
• Apakah kaitannya dengan hidup saya?
• Apakah harapan-harapan dan impian-impian saya?
• Apakah pengharapan-pengharapan saya kepada Tuhan? Apakah pengharapan-pengharapan itu alkitabiah?
• Adakah yang dapat saya pelajari dari tokoh Alkitab ini?

Dalam konferensi “Oasis” yang bertujuan mengajar para wanita bagaimana cara memanfaatkan waktu luangnya bersama Allah, saya menerima nasihat ini:

Tenangkan pikiran dan tubuh Anda, gunakan iman untuk menerima apa yang akan Yesus nyatakan. Bacalah perikop ini dengan perlahan dan hati-hati sampai Anda menemukan sebuah kata atau kalimat yang berkesan di pikiran atau berpengaruh di hati Anda. Renungkanlah hal itu, dan biarkan pemikiran itu masuk ke dalam hati Anda. Tanyakan kepada Tuhan segala pertanyaan yang ingin Anda ketahui dari perikop tersebut. Dengarkan dengan hati Anda apa yang dikatakan-Nya…tuliskan penglaaman itu…karanglah sebuah puisi..lukislah sebuah gambar…gubahlah sebuah mazmur pujian.

Pada salah satu konferensi Oasis itu, saya teringat akan dorongan untuk menutup jendela tanggung jawab pada kehidupan saya seperti kita menutup program windows di computer. Saat saya menenangkan diri, menekan ikon “off” dengan “mouse” kehidupan terhadap segala kegiatan saya, maka saya dapat, menangkapapa yang Allah katakana dengan baik. Saya dapat melakukannya dengan membuattulisan bebas di buku harian, atau mencatat berbagai pemikiran acak yang memasuki pikiran saya. Dari situ saya memiliki banyak catatan dengan berbagai gaya penulisan, puisi, atau ungkapan perasaan sebagai pelepasan dari hati yang sesak. Manakala saya meninggalkan hiruk-pikuk kegiatan yang ada, maka saya sangat ingin menulis catatan harian bagi-Nya.

(Dikutip dari buku “Cara Kreatif Bertemu Allah” karya Pam Farrel, hal 23- 27)

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Saturday, August 14, 2010 0 komentar

Why go to Church? .....Just think... If you’re spiritually alive, you’re going to love this! If you’re spiritually dead, you won’t want to read it. If you’re spiritually curious, there is still hope! Why Go To Church? A Church goer wrote a letter to the editor of a newspaper and complained that it made no sense to go to church every Sunday. “I’ve gone for 30 years now,” he wrote,“and in that time I have heard something like 3,000 sermons. But for the life of me, I can’t remember a single one of them. So, I think I’m wasting my time and the pastors are wasting theirs by giving sermons at all.” This started a real controversy in the “Letters to the Editor” column, much to the delight of the editor. It went on for weeks until someone wrote this clincher: “I’ve been married for 30 years now. In that time my wife has cooked some 32,000 meals. But, for the life of me, I cannot recall the entire menu for a single one of those meals. But I do know this.. They all nourished me and gave me the strength I needed to do my work. If my wife had not given me these meals, I would be physically dead today. Likewise, if I had not gone to church for nourishment, I would be spiritually dead today!” When you are DOWN to nothing.... God is UP to something! Faith sees the invisible, believes the incredible andreceives the impossible! Thank God for our physical AND our spiritual nourishment! Ben Budiman

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Thursday, July 29, 2010 0 komentar

Subscribe here

Tentang Kami

My photo
Denpasar, Bali, Indonesia
WELLCOME to Gereja Kristen Protestan Simalungun Bali... Di sini tempat kita memuji Tuhan Yesus Kristus, tempat kita belajar Firman Tuhan... Let's praise Jesus Christ..!!Haleluya...

Pengurus Gereja

Pendeta
Pdt. Melena br. Turnip

Pimpinan Majelis

Vorhanger : St. Jansen Purba Sidagambir
Wapeng : St. Rajalim Saragih Simarmata
Sekretaris : Sy. Johny Damanik
Bendahara : St. W. Saragih Simarmata

Anggota Majelis
St. Rajalim Saragih
St. H. F. Sinaga
Sy. HJ. Sipayung
Sy. Enrico Purba
Sy. Doni F. Sinaga
Sy. Jayansen Sipayung
Sy. E. H. Sinaga
Sy. Jadima Purba Sidagambir
Sy. Benny Saragih
Sy. Jonrianto Purba

Seksi-seksi/Koordinator
Bapa: Sy. Jayansen Sipayung
Wanita: Ny. M. Lisbeth Br. Saragih
Pemuda: Sy. Donny Sinaga
SM: Ny. Evi K. Br. Girsang

Pembimbing
Bapa: St. H. F. Sinaga
Wanita: St. W. Saragih Simarmata
Pemuda: Sy. Jadima Purba Sidagambir
SM: Sy. Jonrianto Purba

Translate

GKPS Denpasar's Moments

Pensi Pgkps Denpasar

Ianan, Lokasi


View Tanjung Benoa in a larger map