Showing posts with label Artikel. Show all posts
Showing posts with label Artikel. Show all posts

"I pokkah bulu balakkei, sigeini bagot puli;
Pinukka ni oppungta na parlobei,
ihutonkonni parpudi. " (Namadear)

Bani aturan pakon adat na tinaktakkonni na i lobei ta, na sinurat bani surat tombaga holing naso boi lupa na porlu dingaton.

Ase urah arusan ta nabaen do songon sada tiruan ni perkawinan ni sada dalahi goranni si Adam marga Girsang pakon tunanganni si Bunga boru Sinaga.

Mungkah humban marpadan-padan nari ronsi das hubani pajaehon na patorang do ijon na porlu-porlu sidalanonkon ai ma:
  1. Parpadanan ni namaposo
  2. Mambere golomon
  3. Pajabu parsahapan
  4. Manggong (pudun saut)
  5. Mamboan indahan paralop (mangalop boru)
  6. Manaruhkon indahan siopat borngin
  7. Paulak limbas
  8. Pa-jaehon

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Sunday, July 31, 2011 0 komentar

Komunikasi adalah seperti aliran darah di dalam tubuh kita. Ketika aliran darah itu berhenti mengalir, berarti kita juga akan mati. Dan sebaliknya kalau aliran darah itu tetap lancar kita pasti akan sehat-sehat saja. Namun kadang banyak diantara kita yang menomorduakan komunikasi, menganggap remeh komunikasi. Apa yang terjadi ketika komunikasi itu berhenti? Jawabannya adalah HUBUNGAN yang tidak baik dan bahkan ”mati”.
Sewaktu saya kecil kadang-kadang saya juga tidak menuruti nasihat orangtua, layaknya anak-anak kecil lainnya. Misalnya, sudah maghrib tetapi masih bermain-main di luar. Masih terngiang pesan ibu dan kakak-kakak ku saat itu, “ulang marguro-guro i darat be, holi itangkap pamangus da”. Entahlah itu hanya sekedar mitos atau hanya “mambiar-biari”. Di Kampungku apabila waktu maghrib/senja tiba, maka warga (anak-anak) tidak ada yang berada diluar rumah. Sebagai hukuman atas kesalahan itu, ibu menjewer telinga saya.

Mengapa hukuman itu berupa jeweran di telinga, tidak di tempat lain, di hidung contohnya? Filosofisnya, telinga adalah indera paling penting bagi anak-anak dalam mempelajari aturan-aturan yang diajarkan orangtua. Orangtua mendidik anak dengan norma-norma melalui mulut mereka kemudian diterima oleh anak-anak melalui telinga mereka. Jadi, anak yang nakal patut dijewer telinganya supaya telinganya itu dipergunakan sebaik-baiknya untuk belajar. Sambil menjewer telinga biasanya para orangtua berkata, “ anggo i patugah na dear tangihon! Ulang masuk hun pinggol siamun, i padarat ho hun pinggol sambilou (Jika diberi tahu, dengarkan! Jangan dimasukkan melalui telinga kanan lalu dikeluarkan melalui telinga kiri)”. Kini setelah dewasa, saya tidak pernah dijewer lagi. Bukan karena tidak pernah ada peraturan yang saya langgar, melainkan badan saya sudah lebih tinggi daripada badan ibu. Jadi, bila ibu mau menjewer telinga saya dijamin tidak akan sampai. Lagi pula memang saya tidak pernah nakal lagi. Sudah tua koq masih disebut nakal!
Telinga digunakan untuk mendengar dan mendengarkan. Dalam kajian komunikasi, antara mendengar dan mendengarkan artinya berbeda. Mendengar berkenaan dengan penerimaan rangsang suara secara datar dan tidak mendalam atau tidak disengaja. Sedangkan mendengarkan bertalian dengan proses psikologis yang aktif. Proses ini melibatkan hati, pikiran, telinga, dan mata. Dengan kata lain, mendengar hanyalah proses sensasi. Mendengarkan lebih dari sekadar sensasi, melainkan juga berpikir dan berempati. Jadi, mendengarkan bukanlah usaha yang gampang. Mendengarkan adalah usaha yang memerlukan energi dan perhatian yang tinggi.

PENTINGNYA KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN / PEKERJAAN

Komunikasi adalah bukan sekadar menyampaikan pesan, namun juga menyangkut interaksi antara dua insan atau lebih. Dalam gereja dan tempat kerja dimana kita melakukan suatu pelayanan, terdapat berbagai macam orang yang kita jumpai. Terdapat beberapa orang yang menyenangkan, tetapi ada pula yang kurang menyenangkan. Kita bisa membangun persahabatan dan berlangsung seumur hidup.tetapi ada juga beberapa orang yang “sulit” benar–benar sangat egois, tidak menyenangkan dan bahkan kejam. Dapat dipastikan pada saat kita bekerja dengan orang–orang yang berkarakter seperti yang telah disebutkan di atas, maka akan timbul masalah/konflik. Ketika konflik muncul, apa yang harus kita lakukan? diam saja, mundur dari pekerjaan/pelayanan gereja atau berusaha menyelesaikan konflik tersebut?
“Tantangan Terbesar dalam berkomunikasi adalah mengerti pikiran,
latar belakang dan proses berpikir pendengar anda. Bila anda tahu ini, ada cara mencegah banyak “ gangguan komunikasi” (Wayne Pennington)
“Banyaklah mendengar, namun bicaralah sedikit” (William Shakespeare/Hamlet)

PENTINGNYA MENDENGARKAN

“Sehati sepikirlah kamu, dan hiduplah dalam damai sejahtera” (II Korintus 13:11)
“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu" (Efesus 4:2)

Firman Tuhan memerintahkan kita untuk bergaul dengan baik dengan orang lain. Ingatlah apa yang dikatakan dalam Roma 12:18. “sedapat–dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang. “ Sungguh menarik untuk melihat kata keterangan dalam ayat ini. “Sedapat–dapatnya“. Pernahkah kita memandang Roma 12:18 dengan cara demikian? Terkadang apapun yang kita lakukan, seseorang tidak menanggapinya dengan benar. Namun, kita harus tetap melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan kedamaian dengannya. Ada harapan bagi kita untuk bergaul dengan lebih baik dengan orang lain di gereja dan ditempat kerja. Semua itu dimulai dari diri kita sendiri. Cara yang sangat efektif untuk menyelesaikan konflik–konflik dalam hubungan kerja dan pelayanan kita adalah melalui berkomunikasi. Agar komunikasi menjadi efektif. Kedua pihak harus terus menerus memberi dan menerima informasi baik lisan maupun tulisan. Didalam berkomunikasi dengan orang lain, termasuk rekan pelayanan di gereja, terdapat aspek penting yang harus diperhatikan, yaitu aspek mendengarkan. Akan tetapi, saat ini terlalu banyak orang yang hanya mau mendengar diri mereka sendiri ketika berbicara dan mendominasi pembicaraan. Seringkali ketika dua orang sedang berbicara, sebenarnya mereka sedang mengadakan “dialog tuli“. Jika kita benar–benar mendengarkan orang lain, berarti kita sedang mengirim suatu pesan yang akan membuatnya berpikir saya pasti layak didengarkan. Pernahkah kita mempunyai pengalaman didengarkan oleh orang lain? Tidak hanya didengarkan, namun kata–kata kita benar–benar diperhatikan? Firman Tuhan berikut ini menjelaskan bagaimana Allah mendengarkan kita. Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. “Sebab Ia menyendengkan telingaNya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepadaNya”. (Mazmur 116 :1,2).

LANGKAH BERKOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita perlu memperhatikan siapa yang kita ajak untuk berkomunikasi.

1.Hubungan antar generasi. Setiap generasi dihadapkan pada persoalan–persoalan yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Langkahnya adalah dengan mengenali dan memahami. Memahami berarti mengerti makna perbedaan–perbedaan tersebut, namun juga berarti mempunyai suatu sikap yang toleran terhadap mereka. Jangan mudah untuk berprasangka kepada orang lain yang berbeda pendapat dengan kita. Jika kita cepat memberi penghakiman terhadap suatu kelompok yang berbeda, maka visi kita mulai berubah. Telinga yang terbuka, pikiran yang terbuka dan hati yang terbuka akan membantu kita memahami hal–hal yang belum pernah kita pahami sebelumnya.

2.Hubungan antar lawan jenis. Banyak pria memandang komunikasi sebagai pertandingan olahraga. Itulah sebabnya ketika suatu percakapan berakhir, bagi seorang pria itu benar– benar berakhir. Wanita berkomunikasi untuk memahami orang lain dan untuk membuat orang lain memahami mereka. Inilah sebabnya mengapa subyek yang sama dapat dibicarakan dan dibahas, dianalisis & dibedah berkali–kali. Setiap kali menghasilkan pemahaman yang lebih dalam. Dalam percakapan dengan wanita, pria boleh terus berbicara tentang apa yang mereka lakukan (misal: olahraga, hobi, uang atau bisnis). Pria boleh terus menggunakan gaya bicaranya dan juga janganlah terlalu mengekang rasa humor! Dalam percakapan dengan pria, wanita boleh terus berbicara tentang orang-orang, hubungan, dan perasaan. Namun, jagalah agar kata–kata tetap singkat dan spesifik sehingga pria akan lebih mendengarkan. Jika wanita sedang berbicara dengan seorang pria, ia harus bertanya pada diri sendiri : “Apakah ia perlu mendengar semua ini atau bahkan ingin mendengarnya? Juga akan membantu jika wanita menambahkan topik–topik yang disukai oleh pria. Mereka tidak harus menjadi ahli dalam topik tersebut, namun dengan sedikit membuka wawasan dengan membaca/mendengarkan, mereka bisa mendapatkan cukup informasi untuk mengetahuinya.

3.KOMUNIKASI YANG BAIK AKAN MENCIPTAKAN SUATU HUBUNGAN YANG BAIK DAN BERLAKU SEBALIKNYA.

4.Akhirnya, SELAMAT BERKOMUNIKASI !!

Ebn Purba Sidadolog - Pemuda GKPS GETSEMANE (mantan pgkps denpasar)

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Tuesday, March 15, 2011 0 komentar

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku, memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang.

Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan budak atau pelayan. Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica.

Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah. Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu.

Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.

Sampai suatu malam. Malam di mana saya bermimpi tentang seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arah saya. Sambil tersenyum ia berkata, “Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada Mommy!”

Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya, “Tunggu…, sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?”

“Nama saya Elic, Tante.”

“Eric? Eric… Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric?”

Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu.Rasanya seperti mau mati saja saat itu.

Ya, saya harus mati…, mati…, mati… Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric…

Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping. “Mary, apa yang sebenarnya terjadi?”
“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu.” tTpi aku menceritakannya juga dengan terisak-isak. ..

Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric..Eric…

Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu. Dengan perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali… Tidak terlihat sesuatu apa pun! Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu.

Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya. ..

Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, saya pun keluar dari ruangan itu… Air mata saya mengalir dengan deras. Saat itu saya hanya diam saja. Sesaat kemudian saya dan Brad mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, saya melihat seseorang di belakang mobil kami. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.

Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.

“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”

Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”

Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk!

Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia
belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini ntukmu…”
Saya pun membaca tulisan di kertas itu…

“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”

Saya menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan…
katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang!
Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”
Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia.. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana … Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari
belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana .
Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.

(kisah nyata di irlandia utara)

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Sunday, January 23, 2011 3 komentar

Memasuki tahun baru, apa yang ada dipikiran Anda? Bersyukur? Atau, justru gentar menghadapi tantangan zaman yang kian berat? Ancaman global warming, bencana alam, krisis ekonomi maupun politik, terus-menerus melanda. Bagaimana kita sebagai anak Tuhan menyikapi pergumulan-pergumulan pada tahun yang baru ini?

Keluaran 16 bercerita tentang bangsa Israel yang bersungut-sungut karena kehabisan perbekalan setelah dua bulan berjalan di padang gurun (ayat 2). Mereka menuduh Musa dan Harun membawa mereka ke padang gurun hanya untuk membunuh mereka dengan kelaparan (ayat 3). Tuhan mendengar keluhan dan omelan mereka. Sejak itu, Dia mengirimkan manna untuk mereka setiap pagi—kecuali pada hari Sabat—selama 40 tahun (ayat 35).
Ada dua hal yang bisa kita pelajari dari pengalaman bangsa Israel ini. Pertama, ketika masalah datang, janganlah kita bersungut-sungut dan menyalahkan orang lain. Itu tiada guna, bahkan mendukakan hati Tuhan. Kedua, krisis yang terjadi di hidup manusia merupakan kesempatan bagi Tuhan untuk menunjukkan pemeliharaan-Nya. Manna turun setelah perbekalan orang Israel habis. Tuhan kerap kali mengizinkan krisis mengimpit kita supaya kita lebih menyadari kasih dan kuasa-Nya. Tuhan melakukan itu karena secara manusiawi, kita cenderung tidak mau berserah kepada-Nya sebelum benar-benar terpojok.
Setiap pagi ketika kita bangun tidur dan pikiran akan beban-beban yang ada di hadapan memasuki otak kita, ingatlah bahwa Tuhan memberikan hari yang baru untuk sekali lagi Dia menyatakan kasih kepada kita lewat segala yang Dia izinkan terjadi.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Tuesday, January 4, 2011 1 komentar

We have to know our position in Christ then we have to be growing in preparation and finally we have to be going out fulfilling the mandate. Verses 16-18: “They are not of the world, just as I am not of the world. Sanctify them by Your truth. Your word is truth. As You sent Me into the world, I also have sent them into the world.”

So what Jesus is saying, we are not of it but we are sent into it. That is the relationship we need to know. We need to know our position with the world. In it but not of it. The term “world” here and so often in the scripture, it does not mean the earth, the environment. It does not even mean the people on the earth as much as a system, a mentality, a way of thinking. The greek word is ‘cosmos’ and it means an ordered system of ideals and energy controlled by the devil. The bible calls satan the god of this world who has blinded the minds of those who believe not. So the world is this ordered system of ideologies that is against God and His purposes.
The world can appear to be very intellectual, very sophisticated, very alluring, even very religious and at the same time anti God, anti Christ and they are not too crazy about His followers either. So we are in it but not of it. In verses 3-4 we notice the relationship with Jesus Christ to the world. “And this is eternal life, that they may know You, the only true God, and Jesus Christ whom You have sent. I have glorified You on the earth. I have finished the work which You have given Me to do.”

Jesus Christ saw the world as a stopping-off point in which to do His Father’s work and then He is out of here. So He was in this world but not of it because He was sent to do a specific task. “I have finished the work You have given me to do”. It is the same with us. Why is it if we know that this world is so temporary, that we have become so occupy with it? “..they are not of the world, just as I am not of the world.” (v.14). It is sort of like a scuba diver who needs a special equipment in order to survive in the water. So unless we know our position with this world, in it but not of it, we are going to drown. Why? Because in verse 14 Jesus says, “.. the world has hated them because they are not of the world, just as I am not of the world.” An occupational hazard of following Jesus Christ is that they are going to treat you based on their view on God. If they don’t like God and you represent Him, they are not going to like you. Therefor, knowing will help us rescue them.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Sunday, October 31, 2010 3 komentar

Ilimbagahon do anak boru jabu, tungkot bai na landit rigapan bai na golap na jadi basikah I tongah jabu diri. Napatorang ma sonaha do parbikkatni, sonaha homani tanggung jawab ni I tongah-tongah ni holmouan ni na marhade-hade.

Parbikkatni :
Isedo sidea anak boru na jadi sirajahononkon/ Anjaha sonaha do adatni siapatupao ni tondong laho manrajahon anak boru jabu ni?
Na margoran anak boru itongah jabunta ai ma :  Mangkela diri, dos ma ai pakon niombah ni dalahi, agepe lang mangulaki (panogolan ni bapa diri).
Ango marsura-sura pajonamkon atappe manrajahon anak boru jabu ningon sitodohan ma sahalak humbani ginopparni makkela diri, tinubuhkonni amboru diri. Parini lang dong itubuhkon amboru ai anak dalahi aipe ase manirpang hubnai niombah dalahi ginoppar ni sanina ni amboru diri. 

Anggo boru abingan seng ongga masa ai, legan ma anggo “na buei so piga” do diha-dihani. Soai homa do age hubani anak boru mintori na soboi do ai rajahonkon jadi anak boru jabu diri.

A. ADAT PAKON ATURAN MANRAJAHON ANAK BORU JABU
Bani sada panorang iontang tondong ma haganupan anak boruni ase girah roh hu jabuni. Iontang ma homa tutur sanina pakon tondongm. Lang pala jojor ontangon, sukkupma wakil-wakil ni tondong pakon sanina. Porlu dingaton, anggo hundulanni sagala anak boru ningon i talaga do (hampit labah).

Pasirsironni suhut bolon ma: sada dayok sabungan na niholati + sada dayok boru-boru na niloppah; dua lambar hiou “ragi panei” atap hiou tapak satu,sada hiou suri-suri (hadang-hadangan) ampa sada bulang, pisou parhobas.

Dob honsi ranggi parhundul, manurduk demban tangan-tangan ma sahalak inang humbani bagian hasuhuton. Parlobeima ai bani boru na laho sirajahononkon ai pe ase bani na legan riris dapotan. Saloseihonsi ai marsahap ma iang humbani hasuhuton sonon :
“Domma nongkan itangkap nasibesan demban sayurnami ai, sai sayur ma hita tapang martondong maranakboru, horas torkis ulang mahua-mahua itumpak Naibata, sonai age amboru ni dakdanak on” siap namarsahap silukma i surdukkon inang dayok na dob binatur, naniholatan bani besan, naniloppah bani inang nalaho sirajahononkon ai, pakon indahan dua bal-bahul na ibaluti bani saputangan pinolang-polang.

(to be continued...)

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Thursday, October 28, 2010 1 komentar

Anggo natangar marsahapi samah sidea gati do natangar tutur manggan goranni, tutur natipak (orang kedua) lang pantas i gorani be goranni narsahapkon ai, isarani:
1.Mar-kaha = markaha do diri bani binuatni tutur abang diri atap binuatni sanina / sapanganonokon diri siabangan. Anggo naboru diri markaha do homa bani na mambuat bora ni kakakni inang diri.
2.Mar-nasikaha = binuat diri bani abang diri atappe bani sanina/sapanganonkon, siabangan tutur ni hun bandiri.
3.Mar-nasianggikku = bani binuatni tutur anggi diri
4.Mar-anggi = anggo naboru diri bani dalahi halahoan ni anggi diri
5.Mar-ham = Hubani sitorasan hun bendiri atappe hubani na lape nabotoh tutur diri, hubani na kira-kira sa umurhon pakon diri.
6.Mar-handian = Pamakei ni dos songon marham. Lobih lua ope artini anggo i Bandar boi do age bani naboru hataohonon.
7.Mar-dosan = I pakei puang-puang do hata on samah sidea na dob matua
8.Mar-anaha = I pakei puang-puang do hata on bani dalahi nama poso / garama
9.Mar-kakak = Tuturni naboru samah naboru bani abanguni
10.Mar-ambia = Tutur bani nados ganjang diri atappe na i toruh diri umumi sesama dalahi.
11.Mar-ho = Tutur bani nasakkan atap itoruh diri umurni. Adongdo homa i piga-piga daerah na i Simalungun mar-ho hubani binuatni.
12.Mar-hanima = Sobutan bani binuat diri (agak kasar) atap bani sitorahan umur ni hun bandiri (lobih hun bani sahalak),atappe hubani botou diri.
13.Mar-akrora = Sobutan bani tutur si ataskon diri umurni (lobih humbani sahalak).
14.Mar-akkora = Sobutan ni na matua hubani bora na rapat partuturan ni.
15.Mar-tuan = Bani abang pakon bani na lobih tua umurni hun bendiri
16.Marboru = Bani sijolom huta sapari atappe bani haturanan ni raja anggo songon sapari
17.Mar-boru tulang = Bani na mambuat bora tulang diri.
18.Mar-sibursog = Panggorani hubani anak nabaru tubuh anggo dalahi
19.Mar-sitatap = Panggorani hubani nabara tubuh anggo daboru
20.Mar-pang/pan pan nang/nan = partigoranan bani nadob dong tubuh niombah ni isarani anggo tubuh anakhi sikahanan atap dalahi porini, i baen goranni si Goldo. Pang nan-Goldo ma panggoani bani inang.
21.Mar-baya = Tutur daboru hubani na dos ganjangni, atap sa umur bandiri, atappe si posonan hun bendiri.

Tambahan :
1.Anggo manungkun niombahni diri : Pigama niombahmu, atap pigama bodakmu, atap pigama kakimu, atap ma pupusmu.
2.Anggo manungkun tutur diri : Aha do ge morgamu, panogolan ni ise/ marogo aha ma ham, morgo aha na manubuhkon ham / ai ma ase dong uppasa : “Lobei nitoktok bakkar, rigapan ni pardalan-dalan. Lobei nasungkun marga, ase nabotoh partuturan”

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Monday, October 25, 2010 0 komentar

John 17:14 – Jesus continues this prayer: “I have given them your word and the world has hated them because they are not of the world just as I am not of the world. I do not pray that You should take them out of the world but You should keep them from the evil one. They are not of the world just as I am not of the world, sanctify them by your truth, Your word is truth. As you sent me into the world, I also have sent them into the world.”

You see, we are sent, we have a job to do, we are on a mission from God. A rescue operation. The church is not to become a “bless me” club. It is not a place where we come, feel good, and get pampered. Though I think we should feel good when we gather together with God’s people. And God does love to lavish His grace upon us. But we exist in this world not just to radiate the glory of God, not just to reveal His truth, but also to rescue His enemies. Those who are at enmity with God because of their sin.

Somebody once said that church is the only society on earth that exists for the benefit of non members. Jesus even taught His disciples not to focus on themselves. He said, “Behold, I say to you, lift up your eyes and look at the fields, for they are already white for harvest! (John 4:34-36). In other words, they are ready to be picked, they are ready to be rescued. But so often churches turn inward rather than outward. It becomes all about us rather than the needy world. Jesus says to His disciples, “Go into all the world..” We have sort of changed that mandate into “come” rather than going out to them.
I believe that there is a healthy pattern of Christian growth, that is: saved, serving, sent. We get saved, we are excited, we enjoy the benefits of salvation, it’s great to get into the word, it’s great to meet new people, discover all the love that God has for us and what He is going to do for us. But after a while, after having somebody feed us all the time, we now want to discover our gifts and get involved in our local church and serve in some capacity,
we want to give out.
But then there is another element to that. We see the world around us and we realize that they need the family too, they need to belong as well, they need salvation and that takes us out because we discover that our Father has a bigger plan than just for us. One author put it this way, “Christian maturity is being a responsible sons or daughters of God. I think the mature Christians are people who stop being concerned about their own needs and have entered into the global vision of their Father so that they transform a hurting world to accomplish the aim of the Lord’s prayer, Your kingdom come, Your will be done, in earth as it is in heaven. It is like a son who is being brought into the family business. Instead of racing fast cars and running around with girls, he finally buckles down and says: Dad, I’m a part of it now, it’s my business too and I’m going to work hard and undertake the burden of this work.”
So the church is called to rescue the enemies of God. “Father as You sent me into the world, I sent them into the world”. How do we do it? How do we go about rescuing people who are at odds with God? There are three ways in this chapter:
1. By knowing something
2. By growing in something
3. and then by going.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Sunday, October 24, 2010 0 komentar

We all suffer from concepts of what church is to be, what church is to do, how church is to act. The wrong concept that people have is that a church is a place where people meet rather than a group of people that gather at a place. That is more than just semantics, there is a big difference.

Because if we start seeing the church as a place where people meet, then we are going to always be looking for the right kind of place that suits us. But if we start seeing the church as a group of people, selected out of the world by Christ, then we are going to be evaluating what kind of people are we to become for the glory of God. It is not a place, it is a group of people. But as people, we must be not only believers but belongers. We belong to a group of people growing together.

But what does Jesus want His church to be?
In John 17, there are four things that Jesus prays for us, the church,
what He wants us to become.
In Part-one. I mentioned two of them, That is:
1. The church should radiate the glory of God.
That is, we are to ever pointing to God, to Jesus. It is not about us, it
is about Him, our relationship with Him. Our love and obedience for
Him. That is our first priority.


2. The church should reveal the truth of God.
Jesus says, “I have manifested them your word.”
So as we gather, we are always centering what we do around the
revelation of Jesus Christ through the word of God.
There are two more things that the church ought to do,
ought to be, ought to become:
3. The church should rescue the enemies of God.
4. The church should rally around the love of God.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Wednesday, October 13, 2010 0 komentar

Guru SM yang kekasih, anda adalah terang lilin dari Allah terhadap setiap anak yang kehidupannya anda pengaruhi dan didik. Anda mengajar dengan sikap-sikap anda sebagaimana juga dengan perkataan-perkataan anda. Jawablah ke-14 pertanyaan di bawah ini sebagai penilaian terhadap sikap anda, sehubungan dengan tanggung jawab anda dalam mengajar mereka.
Sikap-sikap Pribadi
1. Adakah Anda berusaha membuat diri Anda menjadi seorang yang mengesankan?
2. Adakah Anda mencoba melenyapkan sifat-sifat dari pribadi Anda yang tidak patut?
3. Adakah Anda mencoba memperkembangkan suara yang menyenangkan?
4. Adakah Anda periang, berprinsip, dan dapat diandalkan?
5. Adakah Anda penuh kesabaran dan pengendalian diri?
6. Adakah Anda percaya bahwa Allah telah memanggil Anda bekerja di antara anak-anak
dalam gereja Anda?
7. Adakah Anda berdoa setiap hari untuk para murid Anda dengan menyebutkan nama,
untuk orang tua mereka dan untuk persiapan-persiapan Anda?

Sikap-sikap Jabatan
8. Adakah Anda mengetahui dan menggunakan gagasan dan bahan-bahan baru untuk anak
didik Anda?
9. Adakah Anda mempelajari keadaan murid-murid Anda dan menyesuaikan cara serta
bahan-bahan pelajaran Anda dengan kebutuhan-kebutuhan mereka yang khusus?
10. Adakah Anda tiba di sekolah minggu paling lambat 15 menit sebelumnya?
11. Adakah Anda sudah menyiapkan pelajaran-pelajaran jauh hari sebelumnya, dengan
berdoa serta memikirkan tujuannya?

Respons Murid
12. Adakah pelajaran Anda mendorong anak-anak mengambil bagian dalam percakapan dan
kegiatan / aktivitas?
13. Adakah Anda merencanakan kegiatan-kegiatan yang menarik dan beraneka ragam,
membangkitkan rasa kegembiraan, hormat, kebaikan dan keramahan anak?
14. Adakah melalui percakapan, sikap dan kelakuan mereka menunjukkan kepada Anda
rasa kasih yang makin bertumbuh terhadap Allah, terhadap rumah-Nya, terhadap
Firman-Nya dan terhadap Putra-Nya, Tuhan Yesus Kristus?

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Monday, October 11, 2010 0 komentar

Pernahkan kamu merasa begitu sepi… sendirian…tak seorangpun yang mengerti perasaanmu? Maukan kamu memiliki sahabat yang selalu mendampingi, setia, dan siap menolongmu?

Kamu bisa berjumpa dengan seorang Sahabat seperti itu… saat ini juga!! Ya, sekarang!! Saat kamu membaca buku ini…. Sahabat itu bernama….YESUS. Dia telah menulis “surat cinta” bagimu. Surat itu berisi segala sesuatu tentang Dia…dan segala usahaNya untuk menjadi sahabatmu. Bahkan. bagian yang paling pribadi dari surat itu, sekarang ada di tanganmu.



Dia ingin selalu bersamamu, tetapi Dia tidak bisa tinggal di tempat dimana ada dosa. Tiap kali kita berdusta….melakukan perbuatan yang salah….dan berpikiran jahat….kita semakin hanyut menjauhiNya. Ingat…ingat… Yesus tidak bisa tinggal dimana ada dosa.

Tapi… Yesus mengasihi semua manusia di dunia sebagaimana adanya. Dan, kasihNya tetap sama sampai hari ini!! Bahkan. sekalipun manusia bergelimang dosa!!!

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan PuteraNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16)

Dalam suratNya, Dia berbicara tentang kasih. Seseorang dikatakan memiliki kasih yang besar bila ia rela mati bagi yang dikasihinya.. “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang sahabat yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:13)

Itulah yang Yesus lakukan bagi kita. Mengapa Dia rela mati? Karena Dia mau menunjukkan betapa besar keinginanNya untuk menjadi sahabat kita. Yesus memutuskan untuk menanggung hukuman dosa kita…dosamu….dan dosaku….

Dosa harus dihukum, dan Yesus telah menanggungnya. Sehingga, kita yang berdosa dapat diampuni tanpa harus membayar harga yang dituntut, yaitu kematian. Allah akan memperlakukan kita sebagai seorang yang tidak berdosa, dan Yesus akan menjadi Sahabat kita selamanya.

Namun, Yesus tidak saja mati untuk kita, tetapi juga bangkit untuk agar kita beroleh hidup di dalam Dia untuk selama-lamanya. Dalam suratNya, Dia berkata, “Di rumah BapaKu ada banyak tempat tinggal… Aku akan pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu… Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat dimana Aku berada, kamupun berada…” (Yohanes 14:2,3) Itulah yang dimaksudkanNya dengan hidup yang kekal.

“Barangsiapa percaya kepada Yesus, ia beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Bagaimana Dia dapat menjadi sahabatmu agar kamu beroleh hidup yang kekal? Caranya mudah!! Sebab, dalam suratNya, Dia memberitahukan langkah-langkah ini:

Pertama, sadarilah bahwa kamu adalah orang yang berdosa yang akan dihukum secara kekal, dan tidak sanggup menolong dirimu sendiri.
Kedua, percayalah bahwa Yesus telah mati, mati untuk menanggung hukuman dosa-dosamu.
Ketiga, akuilah dosa-dosamu dan mohon pengampunan dari Dia, serta bertekadlah untuk tidak kembali kepada kehidupan yang berdosa.
Keempat, undanglah Yesus menjadi sahabatmu untuk memimpin kehidupanmu.

Jadi, lakukanlah langkah-langkah ini sekaran!!! Saat ini juga, dan terimalah hidup kekal itu…Amin

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Wednesday, September 22, 2010 0 komentar

“Siapa yang akan kunikahi?” “Karir apa yang harus kupilih?” “Dimana kami akan tinggal?” “Apa yang terjadi bila aku mati?” “Besok, besok saja kita selesaikan…” “Memang kita menguasai hari esok, masa depan??” Apa jadinya besok, tidak kita ketahui bung!!” Pokoknya santai dulu aahhh…., urusan besok ya besok….” . Inilah gaya hidup manusia dewasa ini.

Media massa menyuarakan pendapat para ahli ilmu pengetahuan. Bumi kita sakit. Lapisan ozon sudah robek besar. Penggundulan dan kebarakan hutan, erosi dan polusi mengancam tata hidup makhluk hidup. Dan manusia tenang-tenang saja menghancurkan ekosistem kita.

Contoh lain, para dokter sudah ramai membicarakan bahaya merokok, namun para perokok masih enak menghisap rokok mereka. Mengapa??

Karena manusia menginginkan kenikmatan dan kepuasan sesaat. Mereka tidak mau berpikir tentang hari esok dan semua akibatnya. Sebenarnya, mengintip masa depan merupakan kegemaran banyak orang. Ramalan bintang dalam majalah sering dilahap dengan penuh semangat. Tetapi cara terbaik untuk mempersiapkan diri demi masa depan adalah sebagai berikut:

Hiduplah sedemikian rupa hari ini, agar besok saudara tak akan menyesal. Bukan saja dalam hal-hal yang hebat, perkara-perkara yang penting, dan besar-besar. Saudara juga harus mengatur soal-soal kecil dan sederhana pula. Karena sangat penting masalah kecil hari ini menentukan suatu yang besar di masa depan.

Tentu saja ada hal-hal yang tidak bisa kita kuasai. Sekalipun demikian, kalau kita memfokuskan perhatian pada hal-hal yang bisa kita kuasai, misalnya sikap kita, teman-teman yang kita pilih, kesediaan belajar atau bekerja sesuai dengan potensi dan kemampuan kita, maka kita dapat lebih pasti menapaki masa depan.

Mungkin satu hal yang tidak bisa kita atur oleh manusia adalah kematian. Namun, dengan mempercayakan diri kepada Tuhan, kita bisa merasa pasti bahwa Tuhan memegang masa depan kita. Semua ada dalam pengetahuanNya. Tuhan menguasai segalanya. Kalau kita mengikut Yesus dan ajaranNya, kita dapat berpegang pada janjiNya yang pasti dan benar, “ Aku akan menyertaimu sampai kepada akhir zaman…”

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Tuesday, September 21, 2010 0 komentar

Seorang pujangga mengibaratkan hidup manusia bagaikan jam yang berdentang. Sekali per-nya diputar, suatu saat akan berhenti berdetik. Mungkin di tengah malam, rembang petang, sore, siang, atau bahkan pagi hari. Umumnya manusia tidak tahu kapan waktunya, namun satu hal sangatlah pasti: setiap orang mengalaminya.

Orang muda biasanya kurang peduli akan kematiaannya…. “Saya sih masih punya waktu lama….itu pasti akan kena orang lain dulu… Rasanya aku masih jauh sih…” Sesekali memang terpikir…. saat mendengar kematian kenalannya yang berusia masih muda… atau bayi yang baru dilahirkan. Memang, kita tak perlu terlampau takut atau kuatir. Namun, sangatlah indah untuk memaklumi apa yang ada dibalik tirai misteri itu.


Kematian jasmani berarti berhentinya fungsi jantung, kerja otak, serta semua alat tubuh stop bergerak. Lalu, apa gerangan yang terjadi sesudah kematian??..... banyak orang sering mereka-reka.

Bagaimana nasib kita sesudah kematian sangat tergantung pada bagaimana kita menjalani hidup kita di dunia ini bersama Tuhan. Yesus pernah berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup. Siapa yang percaya kepadaKu, walaupun ia mati…pasti akan dihidupkan!!!”. Kitab Suci menegaskan bahwa Yesus berkuasa menghancurkan segala kuasa dosa dan kematian akibat dosa manusia. Pernyataannya tegas sekali, “Yang menerima Yesus, akan memperoleh hidup!!!”. Bila maut menjemput kita, bukan saja kita akan beroleh hidup, namun juga beroleh tubuh yang baru di dalam kemuliaan.

Kadang-kadang ada saja yang mencoba untuk berhubungan dengan arwah-arwah. Ini perbuatan yang salah dan dapat mencelakakan. Sebab, yang disebut “arwah”, sebenarnya adalah kuasa setan yang menampilkan diri dalam rupa arwah dari orang yang kita kenal. Bila kita biarkan hubungan-hubungan semacam ini berkelanjutan, setan akan senang, karena ia berhasil semakin memikat kita dan menjauhkan kita dari Tuhan. Lantas… ketika waktunya tiba setan akan menguasai seluruh keberadaan manusia itu.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Sunday, September 19, 2010 0 komentar

“Siapa bilang dunia ini adil??” Berbuat baik….diperlakukan baik…Menabur kebenaran….menuai kejahatan…Jadi, bagaimana?? Biasanya cetusan-cetusan tersebut diungkapkan dengan wajah muram sambil menggeleng-gelengkan kepada. Memang…. Lingkungan kita tidak adil…. Dalam semua aspek kehidupan. Jadi, bagaimana?

Menghadapi keadaan ini, ada beberapa tanggapan yang dapat kita pilih untuk dilakukan.
1.Marah…. Protes… berontak…. dan berunjuk rasa
2.Pasrah…. menyerah…. dan menjadi korban dari ketidakadilan
3.Cuek…. acuh…. dan berkata: “Bodo amat…emangnya gue pikirin?”
4.Berdiam diri….merenung…dan bertanya dalam hati, “Bagaimana ya rasanya bersikap dan bertindak dengan benar dalam situasi seperti ini”

Kira-kira 2000 tahun yang lalu, ada seorang pemuda yang sering diperlakukan tidak adil. Ironisnya, Ia seorang pejuang keadilan dan kebenaran. Namun, Ia memperjuangkannya bukan dengan kekerasan, tetapi dengan kasih. Ia mengajarkan prinsip hidup yang sungguh mengagumkan. KataNya, “Kasihilah mereka yang berlaku tidak adil kepadamu dan …. doakan mereka!” KataNya lagi, “Kalau engkau hanya berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu, apa keistimewaannya??” Kalau engkau hanya sayang kepada orang yang menyayangimu, apa luar biasanya? ….Tidak!! Tapi, saat orang berlaku tidak adil padamu, engkau harus tetap berbuat baik dan mengasihinya.” Bahkan….ketika ia dijatuhi hukuman mati secara tidak adil, Ia tetap mempraktekkan prinsip kasih tersebut. Dalam keadaan sekaratpun, Ia berseru, “Ya Allah, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Orang muda itu adalah Yesus.

Memang dalam dunia ini kita tidak akan memperoleh keadilan yang sempurna. Namun, kita harus tetap memperjuangkannya. Karena sekecil apapun hasilnya, tetap bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Dan…. keadilan itu harus diperjuangkan dengan prinsip kasih. Karena jika tidak, justru dapat merusak kesejahteraan manusia. Kalau demikian, kapan kita akan memperoleh keadilan yang sempurna?? Yesus berjanji, bahwa keadilan yang sempurna akan kita nikmati bersama dengan Dia dalam kehidupan Kekal yang akan datang.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR 0 komentar

Anggo batta Simalungun, tutur do patugahkaon pardohor atap pardaoh ni partalianni pardiha-dihaon (kekeluargaan). Napatugah ma ijon sonaha ragam ni partuturan ni:
A.Tutur Manorus (Tutur Langsung)
Ase urah arusanta patibalhon tutur ai, dirinta (personta) sandiri ma nabahen parbikkatni padalan tutur:

1.Ompung = Orang tua ni bapa atap inang diri, sanina ni bapa ni bapa/inang diri. Sapanganonkon ni oppung atappe paribanni oppung diri.
2.Bapa/Amang = Simada niombah bandiri (bapa kandung), adong do homa na manggoran Apa.
3.Inang = Simada niombah bandiri (ibu kandung).
4.Abang = Sikahanan partubuh ni hanbendiri.
5.Anggi = Sianggian partubuh ni hanbendiri.
6.Botou = Sanina diri tapi naboru ia.
7.Amboru = Botou ni bapa diri atappe botou sanina ni bapa diri atap botou paribanni bapa diri atap botou ni makkela diri. Anggo naboru diri, maramboru do diri bani inang ni halahoan diri atap amboru ni halahoan diri atap simatua ni na margaweihon diri.

8.Makkela = Bapa halahoan ni amboru diri atap sanina paribanni bapa, simatua ni botou banua diri atap suami ni amboru diri.
9.Tulang = Botou ni inang diri, orang tua/bapani binuat diri.
10.Anturang = Binuatni tulang, binuatni sanina ni tulang na sahaturunan sidea, inangni besan.
11.Parumaen = Binuatni anak diri, binuatni anakni sanina diri, marparumaen do homa amboru diri bani binuat diri age makkela diri. Marparumaen do homa diri bani boru ni botoni binuat diri.
12.Nasibesan = Binuatni botouni binuatni botouni saninani diri. Anggo naboru diri marbesan do bani na mambuat botouni binuatni halahoan diri.
13.Hela = Halahoanni boru diri barang boruni sanina atap pariban diri.
14.Gawei/Eda = Tururni naboru hubani binuatni botouni atap botou banua halahoan diri atap binuatni botou banua diri.

15.Lawei = Na mambuat botuo diri, na mambuat botou bani diri; atap halahoanni boruni amboruni binuat diri.
16.Botou banua = Boruni amboru diri. Anggo naboru diri marbotou banua ma diri bani anak ni tulang diri.
17.Pahompu = Niombah ni anak attape boru diri, atap anakni botou banua diri, atap anakni pariban diri.
18.Nono = Pahompu ni anak diri, adong do homa ipiga-piga daerah I Simalungun na manobut pahoppuni boru diri.
19.Nini = Pahompuni boru diri, adong do homa ipiga-piga daerah I Simalungun na manobut pahompunni boru diri.
20.Sima-sima = Niombahni nono atappe nini diri.
21.Siminik = Garis keturunan mando ijon janah biasani menyangkut hubani nilai religius.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Thursday, September 16, 2010 0 komentar

Tidak banyak orang yang mampu memutuskan secara benar menghadapi masa depannya. Bahkan semua orang pernah menghadapi kesalahan dan kegagalan dalam memutuskan sesuatu. Tidak ada yang salah dalam hal itu. Kita bukanlah mahluk yang sempurna. Tetapi bagaimana pun, setiap orang bisa dan mampu untuk menghadapi hidupnya sendiri.

Mampu menghadapi kenyataan yang telah dan sedang terjadi. Dan tidak melarikan diri dari kenyataan hidupnya. Sebab penderitaan adalah milik semua orang yang hidup. Hanya dalam keberanian menghadapi dan menerima segalanya secara apa adanya sajalah kita bisa berdiri tegak dan mengangkat nilai kita sebagai seorang manusia. Bukankah di depan Tuhan, Sang Pencipta, kita semua memiliki nilai yang sama? Hanya, tentu saja, talenta yang diberikan kepada kita dapat berbeda-beda. Maka kemampuan kita dalam mempergunakan talenta itu saja yang akan dimintakan pertanggung-jawabanNYA kelak. Maka nilai seseorang manusia ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan oleh orang lain. Dan tak seorangpun punya hak untuk memberikan nilai kecuali Dia yang menyayangi kita. 

Sebab bukankah Yesus sendiri telah memberikan teladan yang menarik dalam menentukan nilai hidup ini? Yesus, yang sesungguhnya menurut pandangan manusia, telah gagal karena dijadikan terdakwa, divonis mati dan dengan tubuh yang nyaris telanjang, tergantung di atas kayu salibNya. Siapakah yang bisa menilai bahwa Dia telah berhasil melihat kenyataan yang pahit itu? Kalah dan tewas dalam usia yang masih teramat muda, sebagai terhukum pula. Bagaimanakah kita mampu menilai diri seorang manusia Yesus selain dari kekalahan dan kegagalan. Tidakkah tragis? Dia, yang Sang Putera yang amat disayangi dari Bapa yang Maha Kuasa, saat itu nampak memilukan. Lemah, tidak berdaya dan bahkan dengan sedih berseru: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani” (Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?). Betapa pahitnya hidup ini. Betapa tidak bernilainya harapan itu, karena pada akhirnya, tak ada yang sanggup membantuNya untuk tetap hidup. Yesus telah gagal. Dan mati dengan hina. Hina. 

Tetapi, ah tidak! Ternyata kekalahan, kegagalan dan ketidak-berartian itu tidak berarti bahwa kita sungguh-sungguh telah kalah. Karena dalam kekalahan dalam menghadapi realitas itulah sesungguhnya yang telah memenangkan ke-Tuhan-an Kristus. Dia telah kalah di tangan manusia. Dia takluk di dalam dunia realitas. Tetapi justru karena itu, Dia bangkit dan hidup di dunia ke-Agung-an Bapa. Maka sahabatku, menilai seorang manusia janganlah dari sudut pandang manusia pula. Marilah kita menilai diri sendiri dengan lebih obyektip. Lebih utuh. Dengan berjuang menerima, menghadapi dan mengubah apa yang telah dan sedang kau alami saat inilah sesungguhnya terletak esensi hidupmu. Bahkan pun, jika kelak kau sungguh kalah, itu hanyalah penilaian dari dunia manusia yang penuh dengan kesalahan. Penilaian dari Tuhan akan lain. Akan lain sama sekali. Yakinlah.



Gerimis memasuki senja. Di luar, beberapa lampu mulai menerangi jalan yang basah. Pantulannya membiaskan warna-warni yang cemerlang dalam suasana yang mulai kelam. Tak ada sesuatu yang bergerak lagi di luar. Tak ada lagi kumpulan burung gereja yang tadi nampak. Angin pun diam. Dahan, ranting dan dedaunan cemara diam. Segalanya tenang. Dengan perlahan dia berbalik menghadapiku. Dengan seulas senyum tipis, dia berkata, Tuhan memberkatiku. Tuhan memberkati dunia ini. Tuhan memberkati segala-galanya. Dia membuat segalanya indah pada waktunya. Ya, segalanya indah pada waktunya. Bukankah begitu…? Pdk. Renungan

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Tuesday, September 14, 2010 0 komentar

Pada suku Simalungun, terkenal sebutan “SISADAPUR” yang merupakan akronim dari Sinaga-Saragih-Damanik-Purba. Tapi, tahukah bahwa ada marga-marga Simalungun lain yang masuk dalam keempat marga tersebut? Berikut selengkapnya. Kita mulai dari marga Purba.

1.Purba :
Tambak, Pakpak, Girsang, Tambun Saribu, Sidadolog, Dasuha, Sigumonrong, Siboro, Sidagambir, Tanjung, Silangit, Tondang, Manorsa, Tuah, Sihala, ampa haganup morga na masuk hubani morga Purba na manjalo pakon manghagoluhon adat Simalungun.

2.Saragih:
Garingging, Sumbayak, Sidauruk, Turnip, Simarmata, Sitio, Dajawak, Sitanggang, Munthe, Simanihuruk, Sidasalak, Sijabat, ampa haganup morga na masuk hubani morga Saragih na manjalo pakon manghagoluhon adat Simalungun.

3.Damanik:
Rappogos, Ambarita, Tomok, Gurning, Cholia, Sarasan, Usang, Malayu (Malau), Limbong, ampa haganup morga na masuk hubani morga Damanik na manjalo pakon manghagoluhon adat Simalungun.

4.Sinaga:
Bonor, Appuratus, Uruk, Sidasuhut, Sidallogan, Simandalahi, Simanjorang, Simaibang, Sidahapittu, Porti, Dadihoyong Hataran, Dadihoyong Sinabodat, ampa haganup morga na masuk hubani morga Sinaga na manjalo pakon manghagoluhon adat Simalungun.



Anggo sapari oppat dassa marga na banggal I Simalungun, tapi sonari dong do piga-piga morga na dob manjalo pakon marhagoluhon/maradat Simalungun, aima: Silalahi, Sipayung, Sitopu, Lingga, Haloho, Sinurat.
Tiap-tiap morga tarbagi atap na piga-piga use. Misalni: Saragih Sumbayak, aima Rumahtongah, Parhuluan, Rayabayu, Pardalantapian, Parmajuhi. Halak Simalungun ai ma namar AHAP Simalungun. “Halak Simalungun aima na manjalo pakon makkahagoluhon budaya Simalungun bani pargoluhoni”.

http://id.wikipedia.org/wiki/Marga_Simalungun

Ditulis oleh GKPS DENPASAR 0 komentar

“Terkadang saya heran, kok saya bodoh amat!!!” Seandainya boleh minta satu hal, apa pemikiran saudara? Jadi kaya? Ternama? Jadi orang beken? Pasti tidak salah untuk jadi hartawan atau selebriti. Namun ada satu hal yang lebih bernilai…. Itulah kebijaksanaan.

Bagaimana caranya jadi bijak?? Pasti tidak bisa dibeli di pasar, juga tidak diturunkan oleh nenek moyang.

Yesus memberikan pengajaran terbaik untuk jadi bijak. Menurut Kitab Suci, sejak kanak-kanak, Yesus tumbuh dalam kebijaksanaan. Ia disukai manusia….diperkenankan Allah…tahu cara menghormati orang tua…mengerti betul cara mengagungkan Allah dan menjadikanNya nomor satu dalam kehidupan. Ia juga sangat paham dan taat menjalankan prinsip-prinsip Firman Allah!!



Menurut Yesus, orang bijak membangun hidupnya di atas “batu karang”, bukan di atas “pasir”. Sehingga, pada saat kesulitan melanda, bangunan kehidupannya tetap kokoh karena berdiri di atas dasar Firman Allah dan hubungan yang akrab dengan Dia.

Saat bertumbuh dalam kebijaksanaan, kita belajar mengambil keputusan-keputusan penting yang berdampak seumur hidup. Tak perlu menjadi tua dahulu untuk menjadi bijak, sebab yang lebih tua belum tentu selalu lebih bijak. Saudarapun dapat menjadi bijak, kalau mau belajar dari orang-orang yang punya segudang pengalaman hidup.



Kebijaksanaan tidak hanya menyangkut penggunaan otak, tetapi juga penggunaan hati dalam memahami segala sesuatu. Para pemuka agama yang mendengar ajaran Yesus merasa bahwa ajaranNya terlalu keras, karena mereka hanya memakai logika dalam menerangkan maksudNya.



Memang, bila kita berkeras hati, kita tidak akan pernah mengerti kebenaran rohani yang diajarkan Yesus. Sebaliknya, bila kita membuka pikiran dan hati kita lebar-lebar untuk menerima Firman Allah, kita pasti akan semakin bijak.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Friday, September 10, 2010 0 komentar

Orang yang lanjut usia kita hormati, tetapi bukan karena jumlah tahunnya yang banyak.Sebab orang lanjut usia dalam arti sebenarnya ialah orang yang bijaksana dan hidup baik. (Kebijaksanaan Salomo 4:8-9)
Dia duduk membelakangiku. Lewat jendela, jejeran pepohonan cemara nampak bergoyang dalam deru angin. Hari sudah hampir senja. Dan udara dingin perlahan menyelinap masuk. Langit lembayung tertutup awan. Lapis melapis. Beberapa ekor burung gereja nampak mengambang di antara ranting dan dedaunan cemara. Beberapa lagi melompat-lompat di atas tanah yang basah akibat gerimis siang tadi. Suasana sepi, sesepi hatinya yang baru saja menguakkan luka lamanya kembali. Luka.

Usianya baru saja mencapai dua puluh dua tahun. Tetapi aku merasa bahwa dia telah melangkahi waktu berabad-abad lamanya. Rambutnya yang panjang dan tergulung rapi tidak dapat menyembunyikan raut sedih di wajahnya. Ah, tiba-tiba aku berpikir tentang nilai seorang manusia. Hal yang sama tadi ditanyakannya. Tentang betapa kini dia tak lagi merasa punya nilai yang berarti dalam hidup ini. Baginya, segalanya telah nihil. Hidup, harapan, masa depan. Segalanya tidak lagi punya arti. Dia telah mati dalam hidup yang masih berlanjut ini. Gerimis kembali turun.



Apakah artinya sebuah kehidupan? Apakah maknanya penderitaan? Berapakah nilai seorang manusia? Dapatkah kita mengukurnya dengan nilai yang baku? Tentu saja tidak. Bahkan kita hidup bukan untuk dinilai atau menilai. Setiap orang, ya setiap orang hidup dengan dunianya sendiri. Seberapa dekat pun kita dengan seseorang, selalu ada ruang yang tak tertembus dalam lubuk hati dan pikirannya. Dan sebab itu, di bawah langit yang satu, dan di atas bumi yang satu pula, kita tak punya hak untuk menilai atau dinilai. Apa itu kebaikan, kejahatan, kesalahan dan kebenaran, segalanya tergantung pada kejujuran kita untuk menghadapi hidup. Maka semuanya tergantung pada keputusan kita untuk menghadapi hidup ini serta bertanggung-jawab dalam menjalaninya.



Selain dari itu, hanya ada pandangan semu dan tak berarti. Sebab, apakah kebenaran itu? Bukankah kebenaran sesungguhnya terletak pada bagaimana kita mau menghadapi dan berani bertanggung-jawab atas segala apa yang telah terjadi dan menimpa kita. Dan nilai seseorang justru terletak pada bagaimana kita mengubah diri kita sendiri. Tidak untuk pasrah dan putus asa untuk hidup. Sebaliknya, kekalahan kita bisa bermakna banyak atas nilai kita sendiri jika kekalahan itu sendiri terjadi setelah kita telah berjuang mempertahankan kejujuran kita untuk hidup dan menghadapi hidup.

Ditulis oleh GKPS DENPASAR Wednesday, September 8, 2010 0 komentar

“Pokoknya…sukses!!!” “Hanya inikah makna hidup??” Banyak anak muda merasa tahu apa yang mereka ingin capai dalam hidup. Namun cara untuk mencapainya, itulah yang membingungkan. Salah satu cara untuk mengatasi kebingungan ini ialah meminta nasihat orang tua, guru, sahabat yang bijak, dan orang-orang lain yang kita percayai.

Kitab Suci merupakan sumber terpenting untuk mencari kesuksesan hidup. Yesus berkata, kalau kita mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, hal-hal penting lainnya akan diberikan kepada kita.

Lingkungan kita mengukur kesuksesan berdasarkan: suksesnya studi, banyaknya uang yang dimiliki, mewahnya rumah, atau banyaknya harta milik dan kekayaan. Tidaklah salah untuk menjalani pendidikan tinggi yang baik. Tidaklah salah untuk menjadi kaya.



Namun, dalam jangka panjang ada hal lain yang jauh lebih penting. Karena, saat kita meninggal dunia, kita tidak akan membawa harta milik , pendidikan , dan kekayaan kita.



Bayi yang baru lahir selalu menggengam tangannya, bak mau berkata, “aku mau semua!!” Saat meninggal, tangan seseorang terkulai lemas seolah berkata “Aku tidak bawa apa-apa.” Yang tertinggal hanyalah perbuatan baik yang dilakukan dalam nama Tuhan. Sukses sejati hanya bisa dihitung secara rohani pada saat seseorang menyelesaikan hidupnya.


Ditulis oleh GKPS DENPASAR 0 komentar

Subscribe here

Tentang Kami

My photo
Denpasar, Bali, Indonesia
WELLCOME to Gereja Kristen Protestan Simalungun Bali... Di sini tempat kita memuji Tuhan Yesus Kristus, tempat kita belajar Firman Tuhan... Let's praise Jesus Christ..!!Haleluya...

Pengurus Gereja

Pendeta
Pdt. Melena br. Turnip

Pimpinan Majelis

Vorhanger : St. Jansen Purba Sidagambir
Wapeng : St. Rajalim Saragih Simarmata
Sekretaris : Sy. Johny Damanik
Bendahara : St. W. Saragih Simarmata

Anggota Majelis
St. Rajalim Saragih
St. H. F. Sinaga
Sy. HJ. Sipayung
Sy. Enrico Purba
Sy. Doni F. Sinaga
Sy. Jayansen Sipayung
Sy. E. H. Sinaga
Sy. Jadima Purba Sidagambir
Sy. Benny Saragih
Sy. Jonrianto Purba

Seksi-seksi/Koordinator
Bapa: Sy. Jayansen Sipayung
Wanita: Ny. M. Lisbeth Br. Saragih
Pemuda: Sy. Donny Sinaga
SM: Ny. Evi K. Br. Girsang

Pembimbing
Bapa: St. H. F. Sinaga
Wanita: St. W. Saragih Simarmata
Pemuda: Sy. Jadima Purba Sidagambir
SM: Sy. Jonrianto Purba

Translate

GKPS Denpasar's Moments

Pensi Pgkps Denpasar

Ianan, Lokasi


View Tanjung Benoa in a larger map