“Semua orang melakukannya, mengapa tidak? Kita saling jatuh cinta toh?” Saudara bisa menemukannya dimana saja. Di film-film… ada! Di iklan…pun ada! Dengarkan music baik-baik. Disitupun ada! Tata cara berpakaian pun menyiratkannya. Seakan memang sudah seharusnya hubungan intim selalu ada dan jadi bagian hidup kita. Percaya atau tidak, hubungan intim dirancang oleh Allah. Dalam kemaha-besaranNya, Allah bukan saja menciptakan si Agus berbeda dengan si Ani, namun Agus dan Ani diciptakan berbeda dengan binatang.
Manusia punya kemampuan berpikir dan merasa. Salah satu tujuan hubungan intim adalah memperoleh keturunan, tetapi juga untuk kesenangan. Perhatikan baik-baik bahwa segala yang diciptakan Allah memiliki tujuan. Bahkan, ciptaan Allah juga punya urutan-urutan yang sangat teratur. Demikian halnya dengan hubungan intim, diawali dengan cinta, kasih, pernikahan, dan komitmen seumur hidup. Bila tidak, akibatnya adalah: kekacauan, konflik, bahkan kehancuran. Ada banyak contoh di sekitar kita. Pernahkan Anda mendengar bayi akibat “kecelakaan”? Artinya, bayi itu lahir di luar nikah, tanpa rencana dan persiapan, bahkan seringkali di luar pengetahuan. “Kok bisa hamil, padahal hubunga intimnya cuma sekali saja?” merupakan cetusan penuh rasa heran, bingung, dan putus asa yang bisa menjadikan orang kalap. Belum lagi bicara soal aborsi, perkosaan, pelecehan seksual, sampai soal AIDS.
Yesus amat menghormati ikrar pernikahan. Mukjizat pertama yang diadakanNya, terjadi di sebuah pesta pernikahan. Dalam peristiwa lain, Yesus berjumpa dengan seorang wanita yang sudah gonta-ganti pasangan hidup sebanyak lima kali, dan sekarang sedang “kumpul kebo” dengan seorang pria lain. Rupanya wanita ini berpikir bahwa kesenangan lahiriah dapat memuaskan kehausan jiwanya. Namun Yesus menjelaskan bahwa rasa haus yang ada dalam jiwanya hanya dapat dipuaskan oleh “air hidup” yang datang dari Allah.
Berita paling bagus adalah bahwa Tuhan sama sekali tidak mengingat kesalahan, pembangkangan, dan cara hidup kita yang tidak sesuai dengan kehendak Allah di masa lalu, asalkan kita memohon ampun dari padaNya dan berusakah hidup benar. Akhirnya, hubungan intim hanya boleh terjadi dalam hubungan pernikahan yang resmi.
Manusia punya kemampuan berpikir dan merasa. Salah satu tujuan hubungan intim adalah memperoleh keturunan, tetapi juga untuk kesenangan. Perhatikan baik-baik bahwa segala yang diciptakan Allah memiliki tujuan. Bahkan, ciptaan Allah juga punya urutan-urutan yang sangat teratur. Demikian halnya dengan hubungan intim, diawali dengan cinta, kasih, pernikahan, dan komitmen seumur hidup. Bila tidak, akibatnya adalah: kekacauan, konflik, bahkan kehancuran. Ada banyak contoh di sekitar kita. Pernahkan Anda mendengar bayi akibat “kecelakaan”? Artinya, bayi itu lahir di luar nikah, tanpa rencana dan persiapan, bahkan seringkali di luar pengetahuan. “Kok bisa hamil, padahal hubunga intimnya cuma sekali saja?” merupakan cetusan penuh rasa heran, bingung, dan putus asa yang bisa menjadikan orang kalap. Belum lagi bicara soal aborsi, perkosaan, pelecehan seksual, sampai soal AIDS.
Yesus amat menghormati ikrar pernikahan. Mukjizat pertama yang diadakanNya, terjadi di sebuah pesta pernikahan. Dalam peristiwa lain, Yesus berjumpa dengan seorang wanita yang sudah gonta-ganti pasangan hidup sebanyak lima kali, dan sekarang sedang “kumpul kebo” dengan seorang pria lain. Rupanya wanita ini berpikir bahwa kesenangan lahiriah dapat memuaskan kehausan jiwanya. Namun Yesus menjelaskan bahwa rasa haus yang ada dalam jiwanya hanya dapat dipuaskan oleh “air hidup” yang datang dari Allah.
Berita paling bagus adalah bahwa Tuhan sama sekali tidak mengingat kesalahan, pembangkangan, dan cara hidup kita yang tidak sesuai dengan kehendak Allah di masa lalu, asalkan kita memohon ampun dari padaNya dan berusakah hidup benar. Akhirnya, hubungan intim hanya boleh terjadi dalam hubungan pernikahan yang resmi.
0 komentar