“Saya kurang cocok dengan anggota keluarga yang lain.” “Huh, saya indekos saja!” Keluarga adalah lembaa paling penting dalam masyarakat. Oleh karena itu, banyak nasehat ditujukan kepada pasangan yang mau menikah. “Nak, lihat dulu, dari mana keluarga pasanganmu datang. Keluarga kita sih, keluarga baik-baik….” Memilih pasangan hidup merupakan tindakan yang sangat penting. Tiap keluarga unik. Waktu pasangan mempelai membentuk keluarga, terpadulah dua pihak yang berbeda… satu pendiam, satu ramah.... Pendidikannya mungkin berbeda. Sifat-sifatnya beda, satu pelit, satu boros.
Kebiasaan, hobi, dan cara berpikirpun berbeda. Sehingga, sering kali rumah tangga yang sempurna hanya menjadi impian belaka. Namun Kitab Suci member patokan dan prinsip-prinsip, yang bila ditaati, akan menolong membentuk keluarga bahagia sesuai rencana Allah.
Pertama adalah cinta kasih. Yesus mendemonstrasikan prinsip ini dengan menanggalkan hak-haknya sebagai Allah ketika Ia menjadi manusia. Kalau kita sungguh-sungguh mengasihi keluarga kita, dalam situasi apa pun kita bersedia berkorban… bahkan menyerahkan nyawa sekalipun bagi mereka. Mungkin mudah membuat pernyataan ini. Namun, cinta kasih yang sejati bukan sekedar kata-kata, tetapi harus terbukti dalam perbuatan nyata.
Kedua adalah saling menghormati atau saling menghargai. Anggota keluarga harus saling menghormati kendati berbeda pendapat. Ini memerlukan kerendahan hati yang siap untuk meminta maaf bila bersalah. Ini penting dalam pergaulan hidup.
Ketiga adalah kesetiaan. Tak peduli apa pun yang menghadang, kesetiaan amat penting bagi kelangsungan keluarga. Akhir-akhir ini ada kecenderungan yang terungkap. “Kalau sudah tidak harmonis, mengapa hubungan suami-istri harus dipertahankan?” Kalau tidak cocok lagi, bubar saja!” Namun, perceraian bukanlah jalan keluar, sebab perceraian hanya akan menimbulkan lebih banyak persoalan. Allah adalah Pemberi jalan keluar yang sejati. Dia akan menolong kalau kita berdoa kepadaNya mencari jalan petunjuk FirmanNya, dan mendengarkan nasehat yang bijak dari orang-orang yang hidup dekat dengan Dia.
Kebiasaan, hobi, dan cara berpikirpun berbeda. Sehingga, sering kali rumah tangga yang sempurna hanya menjadi impian belaka. Namun Kitab Suci member patokan dan prinsip-prinsip, yang bila ditaati, akan menolong membentuk keluarga bahagia sesuai rencana Allah.
Pertama adalah cinta kasih. Yesus mendemonstrasikan prinsip ini dengan menanggalkan hak-haknya sebagai Allah ketika Ia menjadi manusia. Kalau kita sungguh-sungguh mengasihi keluarga kita, dalam situasi apa pun kita bersedia berkorban… bahkan menyerahkan nyawa sekalipun bagi mereka. Mungkin mudah membuat pernyataan ini. Namun, cinta kasih yang sejati bukan sekedar kata-kata, tetapi harus terbukti dalam perbuatan nyata.
Kedua adalah saling menghormati atau saling menghargai. Anggota keluarga harus saling menghormati kendati berbeda pendapat. Ini memerlukan kerendahan hati yang siap untuk meminta maaf bila bersalah. Ini penting dalam pergaulan hidup.
Ketiga adalah kesetiaan. Tak peduli apa pun yang menghadang, kesetiaan amat penting bagi kelangsungan keluarga. Akhir-akhir ini ada kecenderungan yang terungkap. “Kalau sudah tidak harmonis, mengapa hubungan suami-istri harus dipertahankan?” Kalau tidak cocok lagi, bubar saja!” Namun, perceraian bukanlah jalan keluar, sebab perceraian hanya akan menimbulkan lebih banyak persoalan. Allah adalah Pemberi jalan keluar yang sejati. Dia akan menolong kalau kita berdoa kepadaNya mencari jalan petunjuk FirmanNya, dan mendengarkan nasehat yang bijak dari orang-orang yang hidup dekat dengan Dia.
0 komentar