Ketika mahasiswa, saya mengikuti sebuah konferensi kepemimpinan dari Campus Crusade. Saat itu saya baru saja menyerahkan kembali hidup saya kepada Kristus, dan saya sangat bersemangat untuk melakukan berbagai pendalaman Alkitab. Sepertinya tujuan saya saat itu adalah menyelesaikan sebanyak mungkin buku pendalaman Alkitab, seakan-akan saya akan memperoleh medali penghargaan jika dapat menyelesaikan semuanya.
Pada saat diskusi dalam kelompok kecil, pemimpin kelompok bertanya tentang waktu teduh kami. Setelah diskusi berakhir, pemimpin itu berkata, “Kalian dapat membeli sebuah buku catatan harian. Saya biasa menulis surat kepada Yesus setelah membaca satu perikop dalam Alkitab. Saya menuliskan perasaan saya, apa yang telah saya pelajari, apa yang ingin saya pelajari, dan hal-hal lain semacam itu. Buku itu selalu ada di atas tempat tidur saya. Kalau kalian mau, kalian dapat melihatnya.” Kemudian ia meninggalkan ruangan.
Melihat buku hariannya! Tentu saja kami ingin melihatnya. Suatu undangan terbukan untuk melihat buku harian seseorang! Dalam buku harian itu saya bukannya membaca cerita biasa seperti, “Hari ini, aku bertemu Yohanes,” tetapi saya justru mendapatkan pandangan baru tentang sebuah hubungan yang sejati antara Allah dengan seorang mahasiswa senior, sehingga saya pun merindukan hubungan yang semacam itu. Kemudian saya pergi ke took buku dan membeli sebuah buku harian yang disampul dengan kain indah. Halaman-halaman kosongnya seakan-akan menunggu untuk diisi.
Pada saat diskusi dalam kelompok kecil, pemimpin kelompok bertanya tentang waktu teduh kami. Setelah diskusi berakhir, pemimpin itu berkata, “Kalian dapat membeli sebuah buku catatan harian. Saya biasa menulis surat kepada Yesus setelah membaca satu perikop dalam Alkitab. Saya menuliskan perasaan saya, apa yang telah saya pelajari, apa yang ingin saya pelajari, dan hal-hal lain semacam itu. Buku itu selalu ada di atas tempat tidur saya. Kalau kalian mau, kalian dapat melihatnya.” Kemudian ia meninggalkan ruangan.
Melihat buku hariannya! Tentu saja kami ingin melihatnya. Suatu undangan terbukan untuk melihat buku harian seseorang! Dalam buku harian itu saya bukannya membaca cerita biasa seperti, “Hari ini, aku bertemu Yohanes,” tetapi saya justru mendapatkan pandangan baru tentang sebuah hubungan yang sejati antara Allah dengan seorang mahasiswa senior, sehingga saya pun merindukan hubungan yang semacam itu. Kemudian saya pergi ke took buku dan membeli sebuah buku harian yang disampul dengan kain indah. Halaman-halaman kosongnya seakan-akan menunggu untuk diisi.
0 komentar