"Yang seorang diberikannya lima talenta,
yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu,
masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia
berangkat."
Talenta dalam perumpamaan Mat 25 bisa berbicara tentang kehidupan, kesempatan dan panggilan. Tidak sekedar bakat atau kemampuan. Tidak sekedar kegiatan di dalam dinding-dinding gereja. Hamba yang tidak setia itu menjawab tuannya - bahwa dia tahu kalau uang satu talenta itu adalah milik tuannya -, namun dia tidak mengerti bahwa waktu dan kesempatan yang dia miliiki adalah juga milik tuannya.
Allah memiliki segalanya. Maka itu berarti, rumah atau investasi propertimu adalah milik Allah
saldo tabunganmu di bank adalah milik Allah waktu yg kita miliki, setiap detik - baik di kantor, sekolah atau gereja- adalah milik Allah kesempatan-kesempatan yang kita miliki adalah milik Allah mimpi dan cita-cita, harapan adalah milik Allah juga.......
Allahlah pemiliknya dan yang kita miliki adalah tanggung jawab! Konsekuensinya kalau Allah memiliki segalanya adalah bahwa setiap keputusan untuk menggunakan resources kita adalah keputusan rohani. Pada dasarnya seluruh kepenuhan hidup kita adalah utuh di hadapan Allah. Tidak ada istilah rohani dan tidak rohani. Semuanya adalah rohani karena kita menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Sebaliknya juga semuanya adalah nyata dan “duniawi” karena Allah berkarya nyata dalam kehidupan sehari-hari kita di atas muka bumi ini, di dunia ini. Jika kita benar-benar menyerahkan kepemilikan kita kepada Allah, kalau kita kehilangan sesuatu, ya.... mungkin emosi kita menjerit dan menangis. Namun pikiran dan hati kita mengerti kalau toh itu semua adalah milik Allah. Apa yang kita pegang dan punyai, adalah milik Allah yang sedang kita jaga. Jadi kenalilah “talenta”-mu. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Kalau “talenta”-mu adalah saldo bank-mu, atau tepuk-tangan kemashyuran, yah.. ke situlah hatimu akan mengejar. Tapi kalau “talenta”-mu adalah “kesetiaan untuk menjaga milik Allah demi cinta kita kepadaNya” maka ke situlah hatimu akan berlari dan mengejar.
Sumber : Henry Sujaya Lie, www.glorianet.org
yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu,
masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia
berangkat."
Talenta dalam perumpamaan Mat 25 bisa berbicara tentang kehidupan, kesempatan dan panggilan. Tidak sekedar bakat atau kemampuan. Tidak sekedar kegiatan di dalam dinding-dinding gereja. Hamba yang tidak setia itu menjawab tuannya - bahwa dia tahu kalau uang satu talenta itu adalah milik tuannya -, namun dia tidak mengerti bahwa waktu dan kesempatan yang dia miliiki adalah juga milik tuannya.
Allah memiliki segalanya. Maka itu berarti, rumah atau investasi propertimu adalah milik Allah
saldo tabunganmu di bank adalah milik Allah waktu yg kita miliki, setiap detik - baik di kantor, sekolah atau gereja- adalah milik Allah kesempatan-kesempatan yang kita miliki adalah milik Allah mimpi dan cita-cita, harapan adalah milik Allah juga.......
Allahlah pemiliknya dan yang kita miliki adalah tanggung jawab! Konsekuensinya kalau Allah memiliki segalanya adalah bahwa setiap keputusan untuk menggunakan resources kita adalah keputusan rohani. Pada dasarnya seluruh kepenuhan hidup kita adalah utuh di hadapan Allah. Tidak ada istilah rohani dan tidak rohani. Semuanya adalah rohani karena kita menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Sebaliknya juga semuanya adalah nyata dan “duniawi” karena Allah berkarya nyata dalam kehidupan sehari-hari kita di atas muka bumi ini, di dunia ini. Jika kita benar-benar menyerahkan kepemilikan kita kepada Allah, kalau kita kehilangan sesuatu, ya.... mungkin emosi kita menjerit dan menangis. Namun pikiran dan hati kita mengerti kalau toh itu semua adalah milik Allah. Apa yang kita pegang dan punyai, adalah milik Allah yang sedang kita jaga. Jadi kenalilah “talenta”-mu. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Kalau “talenta”-mu adalah saldo bank-mu, atau tepuk-tangan kemashyuran, yah.. ke situlah hatimu akan mengejar. Tapi kalau “talenta”-mu adalah “kesetiaan untuk menjaga milik Allah demi cinta kita kepadaNya” maka ke situlah hatimu akan berlari dan mengejar.
Sumber : Henry Sujaya Lie, www.glorianet.org
0 komentar