Namun yang terpenting juga adalah bagaimana peran gereja memberi pemahaman teologis kepada keluarga-keluarga Kristen yang menjadi anggota jemaatnya untuk mulai dari kesadaran per keluarga dan individu, usaha pelestarian lingkungan hidup di mulai. Dengan munculnya kesadaran perkeluarga dan juga per individu maka kerja pelestarian lingkungan akan menjadi massal tapi dengan biaya yang murah. Misalnya, mulai dengan memberi pemahaman cara membuang sampah, dan isi teologisnya bahwa kebersihan adalah juga bagian dari iman.
Perubahan paradigma berteologi tersebut akhirnya harus mengambil bentuk dalam pola pelayanan gereja, yang mulai dari khotbah-khotbah di atas mimbar mengabarkan pentingnya keselamatan lingkungan hidup sebagai bagian dari keselamatan hidup secara holistik. Berikut barangkali berkembang sampai pada aksi, misalnya menanam pohon, menggalakan hidup bersih, dan mungkin sampai pada level aksi menolak segala macam kuasa dan kekuatan yang merongrong kelestarian lingkungan hidup. Gereja terpanggil untuk ikut serta dalam proses penyelamatan lingkungan dunia secara utuh. Gereja memang terpanggil untuk ikut menyelematkan lingkungan hidup. Sebab nilai Injil adalah penyelamatan seisi dunia, termasuk manusia dan alam semesta ini. Maka, dari dasar pemikiran teologis ini gereja akhirnya dituntut keterlibatannya untuk ikut bersama-sama dengan masyarakat dalam usaha menyelematkan lingkungan hidup. Sebab, keselamatan kekinian, dalam pemahaman teologis gereja juga memberi isi pada harapan keselamatan yang akan datang. Bahkan, keduanya saling terkait dalam proses menjadi orang Kristen yang taat pada firman.
Menyusul dengan itu adalah aksi nyata komunitas gereja bersama-sama dengan komunitas masyarakat dan keagamaan yang lain. Kampanye pentingnya menjaga kebersihan, pelestarian hutan dan polusi dari kendaraan bermotor dapat dilakukan oleh gereja bersama-sama anggota masyarakat yang lain. Dan, inilah bentuk-bentuk keterlibatan gereja dalam ikut menyelematkan bumi, yang juga dapat dipahami sebagai usaha menyelematkan hidup manusia dari bencana yang dahsyat. Gereja sebenarnya memiliki potensi besar untuk usaha itu. Sebab, gereja yang termasuknya di dalamnya para pejabat gereja dan umatnya berada dalam satu komunitas yang terhubung oleh kasih. Komunitas yang mungkin saja berbeda suku, ras dan golongan ini dapat bersama-sama untuk melakukan refleksi dan aksi dalam usaha menyelamatkan lingkungan hidup. Sebab, meski gereja adalah komunitas spiritual, namun dia hadir dalam dunia yang penuh dengan macam-macam persoalan dan tantangan.
Kehadiran gereja di tengah dunia ini tentulah bukan untuk dimaksudkan menjadi komunitas eksklusif, melainkan komunitas yang terbuka untuk melayani keragaman persoalan dunia, termasuk di dalamnya lingkungan hidup. Injil yang diberitakan oleh Yesus Kristus membawa nilai-nilai dan semangat untuk memberi respon atau tanggapan atas berbagai persoalan dunia. Lingkungan hidup, sebagai ciptaan Tuhan di manusia berpijak dan melanjutkan hidupnya, adalah juga ladang di mana gereja memberitakan kabar kesukaan, kabar baik yang menyelamatkan. Sebab, dengan ikut menyelamatkan lingkungan hidup berarti gereja telah ikut mengabarkan Injil untuk keselamatan semua.
Perubahan paradigma berteologi tersebut akhirnya harus mengambil bentuk dalam pola pelayanan gereja, yang mulai dari khotbah-khotbah di atas mimbar mengabarkan pentingnya keselamatan lingkungan hidup sebagai bagian dari keselamatan hidup secara holistik. Berikut barangkali berkembang sampai pada aksi, misalnya menanam pohon, menggalakan hidup bersih, dan mungkin sampai pada level aksi menolak segala macam kuasa dan kekuatan yang merongrong kelestarian lingkungan hidup. Gereja terpanggil untuk ikut serta dalam proses penyelamatan lingkungan dunia secara utuh. Gereja memang terpanggil untuk ikut menyelematkan lingkungan hidup. Sebab nilai Injil adalah penyelamatan seisi dunia, termasuk manusia dan alam semesta ini. Maka, dari dasar pemikiran teologis ini gereja akhirnya dituntut keterlibatannya untuk ikut bersama-sama dengan masyarakat dalam usaha menyelematkan lingkungan hidup. Sebab, keselamatan kekinian, dalam pemahaman teologis gereja juga memberi isi pada harapan keselamatan yang akan datang. Bahkan, keduanya saling terkait dalam proses menjadi orang Kristen yang taat pada firman.
Menyusul dengan itu adalah aksi nyata komunitas gereja bersama-sama dengan komunitas masyarakat dan keagamaan yang lain. Kampanye pentingnya menjaga kebersihan, pelestarian hutan dan polusi dari kendaraan bermotor dapat dilakukan oleh gereja bersama-sama anggota masyarakat yang lain. Dan, inilah bentuk-bentuk keterlibatan gereja dalam ikut menyelematkan bumi, yang juga dapat dipahami sebagai usaha menyelematkan hidup manusia dari bencana yang dahsyat. Gereja sebenarnya memiliki potensi besar untuk usaha itu. Sebab, gereja yang termasuknya di dalamnya para pejabat gereja dan umatnya berada dalam satu komunitas yang terhubung oleh kasih. Komunitas yang mungkin saja berbeda suku, ras dan golongan ini dapat bersama-sama untuk melakukan refleksi dan aksi dalam usaha menyelamatkan lingkungan hidup. Sebab, meski gereja adalah komunitas spiritual, namun dia hadir dalam dunia yang penuh dengan macam-macam persoalan dan tantangan.
Kehadiran gereja di tengah dunia ini tentulah bukan untuk dimaksudkan menjadi komunitas eksklusif, melainkan komunitas yang terbuka untuk melayani keragaman persoalan dunia, termasuk di dalamnya lingkungan hidup. Injil yang diberitakan oleh Yesus Kristus membawa nilai-nilai dan semangat untuk memberi respon atau tanggapan atas berbagai persoalan dunia. Lingkungan hidup, sebagai ciptaan Tuhan di manusia berpijak dan melanjutkan hidupnya, adalah juga ladang di mana gereja memberitakan kabar kesukaan, kabar baik yang menyelamatkan. Sebab, dengan ikut menyelamatkan lingkungan hidup berarti gereja telah ikut mengabarkan Injil untuk keselamatan semua.
0 komentar